Betapapun banyak materi yang dimiliki, betapapun agung orang memandangnya, tetapi ingatlah, pada akhirnya nanti seorang manusia itu akan sendirian, bertanggung jawab atas kehidupan berikutnya dan merasakan sendiri bentuk kehidupan yang harus dijalaninya, kebahagiaan sejati atau penderitaan abadi.
Â
BAB II
NERAKA SEBUAH ALAM KEGELAPAN DENGAN PENDERITAAN TIADA AKHIR
Setelah seorang manusia telah sampai pada suatu masa, dimana waktu kehidupan didunianya akan berakhir, pada saat itulah kematian datang menyapanya.
Ketika kematian mulai menghampiri, maka kematian itu pun akan datang dalam berbagai rupa. Ada manusia ketika kematian datang itu menghampiri, maka dirinya menghabiskan sisa waktunya dengan penuh kedamaian dan kebahagiaan. Tiada merasakan sedikitpun kesukaran atau kesakitan. Kondisi itu umum disebut manusia sebagai sakaratul maut.
Begitu banyak manusia yang menghabiskan titik akhir kehidupannya dengan penuh kesakitan, kesulitan yang tiada tergambarkan. Bahkan banyak pula manusia yang bukan hanya merasakan penderitaan pada detik-detik kematiannya, tetapi jauh sebelum kematian itu datang, dirinya telah merasakan azab dan penderitaan, selama waktu yang cukup lama. Seolah-olah, telah merasakan suatu penderitaan lebih awal terhadap perbuatan yang dilakukannya di dunia.
Berbagai kondisi dan rupa yang dialami seorang manusia pada saat detik-detik berakhir kehidupannya, dapat pula dianggap sebagai sebuah penggambaran dari kehidupan yang akan dijalani selanjutnya, walaupun tidak seluruhnya mutlak seperti itu, tetapi bila seorang manusia yang menghabiskan nafasnya dengan penuh penderitaan dan kesakitan, tidak dapat diragukan lagi bahwa dirinya akan memperoleh sesuatu yang lebih menderita dari apa yang dialaminya. Kondisi seperti itu menggambarkan, seolah-olah jalan menuju alam kegelapan atau neraka telah diperlihatkan.
Seperti kehidupan di alam cahaya atau surga yang penuh kebahagiaan dan keindahan tiada tara, maka begitupun dengan kehidupan di alam kegelapan akan memberikan sesuatu sebaliknya, berupa penderitaan dan kesengsaraan yang tiadatara dan tiada batas akhir.
Bila diberikan sebuah pertanyaan kepada setiap manusia siapapun dirinya, apa yang menjadi harapan atau hendak berada dimanakah dirinya setelah kematian?
Tentunya, dapat dipastikan bahwa dirinya ingin masuk kedalam surga dan sama sekali merasa takut dan tidak ingin menjalani kehidupannya di neraka. Tetapi keinginan hanyalah sebatas keinginan, tanpa tekad dan keyakinan serta usaha untuk menggapainya secara benar. Sehingga ketika kematian datang, maka yang didapatnya adalah sebuah kondisi yang sama sekali tidak diharapkannya, namun tidak ada suatu suara pun yang dapat membantah dan tidak ada suatu tangan pun yang tergerak untuk meraihnya agar bisa keluar dari tempat itu.