Setelah seorang manusia merasakan kematian, maka pada saat itu pulalah komponen yang merupakan bagian-bagian dari manusia itu akan terpisah. Ada komponen yang melebur dan kembali kepada asalnya, ada yang tertinggal di tanah, dan ada pula komponen dari diri manusia itu yang tetap berada di dalam kehidupan atau yang disebut dengan jiwa manusia itu.
Setelah sang jiwa berpisah dari tubuh dan komponen-komponen lainnya, maka dia akan berdiri dengan sendirinya. Sebagian dari sang jiwa dari para manusia, bahkan terkadang tidak menyadari bahwa dirinya telah terpisah dari jasad tempat bersemayam dirinya selama ini.
Sebagian dari jiwa yang tidak mendapatkan tuntunan menuju cahaya kebahagiaan di akhirat, maka tetap akan berada di dunia dan dalam kebimbangan dan kegelapan yang dihadapinya, berusaha untuk meraih genggaman ataupun menemukan sesuatu untuk tempatnya melangkah ataupun melakukan sesuatu.
Dalam ketakutan dan kebingungannya, maka ketika sang jiwa melihat setitik sinar disekitarnya, maka dengan serta-merta dirinya akan berusaha untuk mendekati titik sinar tersebut dan terus mengikutinya, tanpa pernah mengetahui dari manakah titik sinar itu berasal dan akan mengarah kemanakah nantinya.
Titik sinar yang akan ditemui manusia pada saat kematian dan menjadi berupa jiwa saja, tidak selamanya menunjukan kepada titik sinar yang akan membawanya kepada alam cahaya, melainkan bisa jadi merupakan titik sinar yang berasal dari tempat lainnya, karena sesungguhnya dapat dibedakan antara sinar yang akan mengantarkan kepada alam cahaya, dengan sinar-sinar lainnya yang bersifat semu dan membawanya ke tempat lain, yang tidak berisi sesuatu yang lebih baik dari apa yang dijalaninya.
Jiwa manusia itu akan terus mengikuti titik sinar itu dan bersama dengan titik sinar itu hingga pada akhirnya dirinya menyadari ketika titik sinar itu mulai memudar, barulah tampak dimanakah dirinya berada pada saat itu.
Titik sinar itu bisa jadi berasal dari hewan, sehingga dirinya akan menjadi serupa dengan hewan tersebut, ada yang berasal dari tumbuhan, sehingga dirinyapun akan sama dengan tumbuhan itu.
Neraka yang dilalui dengan perpindahan dimensi waktu dan perwujudan adalah merupakan neraka yang harus dilalui oleh jiwa tersebut setelah dirinya memasuki sebuah dimensi waktu dan mengalami perubahan bentuk dari semula seorang manusia menjadi bentuk lainnya. Dimana jiwa dari manusia itu akan mengisi tubuh atau jasad dari hewan atau tumbuhan itu.
Jiwa manusia yang telah mengalami perpindahan waktu dan perwujudan itu, akan berada kembali di dunia atau dengan kata lain terlahir kembali dari seorang manusia menjadi makhluk hidup lainnya, yang tentu saja memiliki martabat yang lebih rendah dari keberadaan seorang manusia sebelumnya.
Di dalam menjalani kehidupan berikutnya di dalam tubuh hewan atau tumbuhan itu, karena sesungguhnya sang jiwa itu merupakan manusia sebelumnya, maka tetap dapat merasakan apa yang terjadi pada tubuh fisiknya saat ini, walapun bukan lagi berwujud sebagai manusia.
Ada sebagian jiwa manusia itu yang masih menyimpan ingatan atau sedikit informasi dari keberadaan orang–orang yang dahulu dekat pada masa kehidupannya sebagai manusia. Jadi, ketika dirinya setelah mengalami perubahan wujud kemudian berada disekitar orang-orang yang dikenalnya, pertama kali yang dirasakan adalah suatu kesedihan, rasa penyesalan yang dalam, dan tidak bisa menerima kenyataan yang harus dijalaninya pada saat itu.