Mereka merasa senang dengan apa yang dilihat, didengar, tetapi apabila ditanyakan kepada mereka, apakah yang telah kamu dapatkan dari segala bentuk penyajian yang katanya berisi pengetahuan batin dari sosok-sosok yang berlaga sempurna itu?
Apakah manusia itu dapat menjawab dengan satu kepastian tentang suatu manfaat yang benar-benar diperolehnya pada saat mengikuti pertemuan dengan sosok-sosok pahlawan itu. Sudah dapat dipastikan, mereka akan hanya terdiam, karena memang mereka tidak tahu harus menjawab apa. Dan bahkan, sebagian dari mereka sama sekali tidak mengetahui tujuan kehadiran mereka dalam menghadiri pertemuan itu.
Mereka mengikuti pertemuan itu karena sepertinya sesuatu yang menyenangkan, menjadi rutinitas, atau kebahagiaan semu dimata orang lain, ataupun untuk memperoleh suatu status tertentu yang tidak jelas keberadaannya.
Kalaupun ada sebagian dari mereka yang masih berdalih dan menutupi bahwa telah mendapatkan siraman batin, tetapi bila kembali ditanyakan kepada mereka bagaimanakah cara yang dapat diterapkan dalam menghadapi kondisi di dalam kehidupannya, maka mereka akan menjawab dengan sebuah jawaban klise, dengan menjalankan ajaran semestinya dari masing-masing kepercayaan dengan sebaik-baiknya.
Bila kembali ditanyakan kepada mereka, ajaran apa yang disampaikan, bagaimana penerapannya secara pasti, dan hasil apakah yang akan didapat bila melakukan semua itu dengan sebaik-baiknya dan adakah satu barometer sebagai pengukur, apakah segala yang telah dilakukannya itu telah baik atau masih terdapat kekurangan.
Pada saat itu, jelaslah bahwa apa yang telah didapatkan oleh manusia-manusia itu, melalui sosok bagai pahlawan, ternyata tidak berisi sesuatu yang bermakna atau mengandung suatu kepastian tentang kehidupan batin mereka.
Jangankan terhadap manusia-manusia yang mengikuti pertemuan itu, terhadap sosok-sosok bagai pahlawan itu, bila ditanyakan hal yang sama, belum tentu pula mereka dapat menjawabnya.
Apalagi bila diberikan sebuah pertanyaan yang merupakan inti dari segala tujuan hidup manusia di dunia, yaitu apakah semua aktivitas, ajaran, kebaikan, apapun namanya yang didapatnya itu, akan memberikan sebuah kepastian bahwa kelak ketika dirinya menghadapi kematian, maka akan memperoleh sebuah tempat terbaik, yaitu surga ataupun alam cahaya yang tertinggi?
Apakah ada satu kepastian bahwa dirinya akan masuk ke dalam surga, atau minimal saja, apakah mereka mengetahui apa yang harus dilakukan ketika kematian itu akan datang menghampiri?
Itu adalah pertanyaan utama yang harus dilontarkan, karena pada hakikatnya apapun kebaikan yang ditebarkan atau dilakukan oleh manusia, sesungguhnya merupakan sebuah bentuk aktivitas yang diupayakan untuk mengarah kepada suatu keberhasilan, mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Tetapi, bentuk kebahagiaan di akhirat itu tetaplah menjadi sesuatu yang semu, karena mereka sama sekali tidak mengetahui bagaimana bentuk kehidupan yang akan kelak mereka jalani setelah kematian datang menyapanya.