***
Rando’s PoV
Mataku membulat, seakan tak percaya dengan apa yang kulihat. Seorang wanita paruh baya yang kukenal keluar dari rumah yang sedang kutuju, rumah Deni. Aku menghentikan motorku dan segera turun. Kuhampiri wanita itu. Matanya basah, bahkan masih bercucuran air mata. “Mama?” panggilku. Suatu panggilan yang baru kali ini aku ucapkan untuknya. Aku sendiri tidak tahu kenapa aku memanggilnya seperti itu sekarang. Ya, meskipun dia memang mama tiriku tapi aku sama sekali tidak bisa memanggilnya dengan sebutan mama. Aku masih belum bisa menerima dia sepenuhnya.
Wanita paruh baya itu mendongak memandangku. “Rando.” Ia cukup terkejut melihatku.
“Apa yang Mama lakukan?” tanyaku. Mama mengusap air mata di wajahnya.
“Tidak ada. Hanya ada sedikit keperluan,” jawab Tina. Seulas senyum coba diulasnya paksa. “Kamu sendiri?”
“Em… ada keperluan dengan Deni,” jawabku datar.
“Oh, ya sudah. Mama pulang dulu.” Mama berjalan melewatiku dengan wajah lesu. Aku penasaran dengan apa yang dilakukannya. Aku harus mencari tahu.
Kakiku kembali kujejakkan menuju rumah Deni. Pintu rumahnya masih terbuka. Aku masuk begitu saja. Terlihat Deni duduk melamun di ruang tamunya. “Ada hubungan apa kamu dengan ibu tiriku?” tanyaku membuyarkan lamunan Deni. Dia mendongak menatapku. Dalam detik berikutnya senyum mengejeknya terkembang.
“Lebih baik kamu minta penjelasan padanya,” jawab Deni ketus.
Aku menghela napas sejenak, menahan emosiku yang hampir memuncak. Baiklah, masalah ini akan aku tanyakan pada mama lebih lanjut, putusku dalam hati. Kembali pada niat awalku. “Dimana Aghni?”