Apa yang dikatakan Nabila tadi memang benar, dulu aku pernah terjatuh dilubang pembakarann sampah milik kakek. Saat itu aku sedang menjailinya dengan mengambil mainan miliknya, hingga membuat kita saling berkerjaran. Namun, nasib buruk menimpaku saat itu, karena tidak hati-hati, aku terjatuh di lubang pembakaran yang kebetulan masih terdapat sisa-sisa api. Walaupun hanya tanganku yang menjadi korbannya dengan sedikit lecet, tapi tetap saja hal itu membuatku trauma.
"Gilang." Panggil Nabila tiba-tiba dengan menyenggol lengan tanganku dan aku hanya menjawab dengan lirikan mataku.
"Ngelamunin apa sih, sampai tegang gitu mukanya?" tanyanya.
"Gak apa-apa, siapa juga yang ngelamun." Jawabku masih acuh.
"Nanti malam seriusan gak mau ikut? Aku aja pengen ikut, tapi sayangnya cuma cowok yang boleh." Ucapnya sedih.
"Ikut dong."
"Kamu gak takut?"
"Enggak tuh."
"Gitu dong baru namanya cowok. Gak sakit kok tenang aja. Malahan seru banget, pasti kamu bakal ketagihan." Ujarnya menyemangatiku.
"Perang kok seru." Ledekku.
"Ya udah lihat aja nanti."