Mohon tunggu...
Pann D. Ryuki
Pann D. Ryuki Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Mahasiswa Universitas Tribhuwana Tunggadewi, Malang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Mereka yang Kau Sebut Hantu

3 September 2019   11:35 Diperbarui: 3 September 2019   11:38 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku berhenti untuk menolong Reina,tapi naas nyawa Reina tak terselamatkan. Reina meninggal di pangkuanku sendiri, sedih bercampur takut. Aku meninggalkan Reina begitu saja dan berlari menyusul Gilang dan Dimas.

Kaki ku terasa perih, banyak goresan luka yang kudapati saat berlari di tengah ilalang, aku berlari tanpa tahu arah sama sekali, yang ku tahu hanyalah bahwa aku sedang berada di dalam hutan yang gelap. Jalan setapak yang sangat kecil itu sudah tak terlihat lagi.

Aku tersesat, terus ku berlari sambil memanggil nama kedua teman Reina. Tidak ada satupun dari mereka yang menjawab.

Suara cekikikan terus menghantuiku. Kulihat kiri dan kanan bergantian. Hanya pepohonan besar dan sesekali ku dapati sesosok bayangan dengan mata merah menyala mengintip dari balik sana.

Ku percepat langkahku hingga aku tersandung. Yang tadinya ku kira batang pohon tenyata bukan, kulihat kebelakang sambil memegang lututku yang sakit terkena benturan tanah.

Mulutku bungkam, inginku teriak namun tak bisa. Dimas yang baru ku kenal tergeletak disana, terbaring kaku dengan leher terputus. Matanya terbuka, serta darah yang terus mengalir dari kakinya.

Aku dengan cepat berdiri dan langsung berlari. Mencari jalan keluar yang aku sendiri tak tahu kemana arah yang aku tuju.

Lelah aku berlari, suara cekikikan itu sudah tak terdengar lagi. Aku berhenti dan duduk di bawah pohon tua, dengan daun yang lebat, kulihat juga akar pohon itu besar sekali sampai menembus keluar dari dalam tanah.

Ku pejamkan mata sejenak, mengistirahatkan mata serta badanku yang lelah berlari.

Ku lihat jam tanganku menunjukan pukul 3 pagi. Aku berencana untuk melanjutkan perjalanan saat subuh tiba. Ku lirik sekeliling, berharap hantu itu tidak lagi mengejarku.

Cahaya terang terlihat dari ujung sana,aku berpikir menemukan jalan keluar. Saat hendak berdiri kakiku terasa sakit, banyak luka, bahkan aku tak sadar jika lututku berdarah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun