"Eh, udah bangun."
"Iya nih,barusan."
Aku pun duduk di samping Reina,ikut menghabiskan malamku di teras mendengarkan lantunan lagu yang di nyanyikan Reina.
Ke esokan harinya,ada tetangga yang datang ke rumah dan mengatakan jika ada yang meninggal dini hari tadi. Dan siang ini aku di ajak Reina beserta kedua orang tuanya pergi kerumah duka untuk berbela sungkawa.
Reina menarik sedikit kain yang menutupi wajah mayat, Â dan aku yang masih berdiri terkejut saat kain itu di buka. Mayat itu memiliki wajah yang sama dengan perempuan cantik yang ada di mimpiku kemarin, terbesit tanya di pikiranku, ada pertanda apa ini?.
Aku hanya bisa berdiam diri disana sampai Reina menutup kembali kain itu dan mangajakku pulang ke rumah.
Besok siang adalah hari dimana mayat itu di makamkan, setelah sanak saudara yang ditinggalkan sudah datang ke rumah duka.
Jam menunjukan pukul 1 siang, warga yang hadir hari itu turut bersama-sama pergi mengantarkan mayat ke pemakaman yang ku dengar cukup jauh masuk kedalam hutan.
Hanya sebagian warga yang ikut, karena anak-anak tidak di perbolehkan. Anak-anak sudah di ajarkan untuk masuk ke dalam rumah serta menutup pintu rapat-rapat. Dan tidak diperbolehkan untuk melihat keranda mayat jika rombongan melewati rumah mereka.
Terik matahari begitu menyengat namun tertutupi dengan hawa dingin di dalam hutan, suara dedaunan saling bergesekan, diterpa angin semilir yang berhembus dari arah belakang.
Sesampainya disana upacara pemakaman di mulai, semuanya berbaris mengelilingi liang lahat dengan keranda diletakkan di sampingnya. Upacara itu di pandu oleh seorang Pendeta, doa-doa di panjatkan dan hal lain, berharap arwah yang meninggal bisa di terima disisi Tuhan.
Proses pemakaman di laksanakan, mayat di letakkan dalam peti yang sudah di siapkan. Lubang itu ditutupi kembali dengan tanah sampai menyerupai gundukan seperti kuburan pada umumnya.