Untuk menuju ke tempat kekasihnya, si aku menempuh perjalanan yang penuh perjuangan dan menantang maut yang dilambangkan melalui laut. Si aku melakukan perjalanan menggunakan perahu. Perjalanan si aku disertai dengan suasana yang menyenangkan dan menggembirakan karena berjalan dengan baik, perahu bergerak dengan cepat pada waktu bulan bersinar dengan terang. Si aku juga membawa oleh-oleh untuk kekasihnya. Pada baris kedua kata di leher kukalungkan bisa merujuk pada benda perhiasan kalung yang akan dijadikan oleh-oleh si aku untuk kekasihnya. Perjalanan si aku yang berjalan dengan baik diperkuat pada baris ketiga yang mengungkapkan perjalanannya didukung oleh cuaca yang bagus, ditandai dengan angin yang bertiup kencang serta laut yang terang dan tidak berkabut karena bulan bersinar dengan terang. Akan tetapi ada suatu perasaan yang dirasakan oleh si aku. Baris keempat mengungkapkan perasaan yang dirasakan si aku adalah perasaan gundah karena dirinya merasa tidak akan sampai ke tempat kekasihnya (si gadis manis) meskipun perjalanan yang ditempuh berjalan dengan baik.
Bait ketiga
Di air yang tenang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja,”
Baris kesatu dan kedua mengungkapkan perasaan gundah si aku semakin bertambah meskipun air laut tenang tidak berombak kencang dan angin yang terdengar sayup-sayup karena perasaan batin si aku secara keseluruhan meningkat dengan cepat. Hal tersebut dikarenakan ajal telah memberikan isyarat bahwa kematian akan menghampiri si aku terlihat pada baris ketiga dan keempat.
Bait keempat
Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh!
Perahu yang bersama ‘kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu