Di air (laut) yang tenang, di angin (yang) mendayu (-dayu),
di perasaan penghabisan segala (sesuatu) melaju (dengan cepat)
Ajal (pun) bertakhta, sambil berkata
“Tujukan perahu (mu) ke pangkuanku saja,”
Bait keempat
Amboi! Jalan sudah bertahun (-tahun) kutempuh!
Perahu yang (berlayar) bersama „kan (menjadi) merapuh!
Mengapa Ajal (telah) memanggil (ku) dulu Sebelum (aku) sempat berpeluk (-an) dengan cintaku (si gadis manis)?!
Bait kelima
Manisku (yang) jauh di pulau (sana),
kalau ‘ku (nanti) mati, dia (akan) mati iseng sendiri (-an)
- Pembacaan Hermeneutik