Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh!
Perahu yang bersama ‘kan merapuh!
Majas Asonansi
Terdapat pada bait kedua baris pertama
Perahu melancar, bulan memancar,
Bait kedua baris ketiga
angin membantu, laut terang, tapi terasa
Baris tersebut termasuk majas asonansi karena terdapat perulangan bunyi a dalam deretan kata
Puisi  Cintaku Jauh di Pulau terdapat lapis metafisis yang menyebabkan pembaca berkontemplasi, yaitu pembaca merenung dengan penuh perhatian. Dalam puisi ini terdapat lapis metafisis berupa ketragisan hidup manusia, yaitu sebaik apapun usaha yang dilakukan manusia baik itu dalam persiapan sarana ataupun rencana untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkannya akan ada masa dimana manusia tidak bisa mendapatkannya karena maut lebih dulu menghampirinya. Keinginan atau cita-cita yang tinggi, baik, dan hebat akan menjadi sia-sia apabila maut telah datang. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan kepada pembaca bahwa ketika kita merasakan cinta maka kita harus memperjuangkannya dan itu membutuhkan waktu yang lama. Akan tetapi, kita juga harus sadar bahwa perjuangan yang sudah kita lakukan dan berapa lama waktu yang telah kita tempuh tidak semua berakhir dengan kebahagiaan.
Puisi  Cintaku Jauh di Pulau ditulis Chairil Anwar menjadi lima bait yang sangat proporsional, yaitu dua baris di bait kesatu dan kelima serta di bait kedua, ketiga, dan keempat terdiri atas empat baris. Puisi ini ditulis menggunakan margin kiri. Pada puisi Chairil Anwar ini tidak terpaku pada aturan puisi yang satu bait terdiri atas empat baris. Tipografi yang proporsional ini dapat menghadirkan aspek keindahan dan kerapian dalam penyajian tulisan. Selain itu, tipografi yang proporsional bisa lebih menarik karena tulisannya yang seimbang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H