Namun, Barly sedikitpun tidak menghiraukannya. Lalu Friska berlari keluar kamar menuju halaman rumah. Tetapi mobil Barly sudah pergi tanpa sepatah kata keluar dari mulut Barly untuk sekedar berpamitan kepada Friska.
Friska merasa sangat aneh dengan perubahan sikap suaminya. Tiga minggu sejak dirumah sang Ibu, menjadikan Barly begitu dingin kepadanya. Friska bertanya-tanya dalam hati, Â saking penasarannya akhirnya dia mengambil hp dan menghubungi adik iparnya, Ratih. Friska menghubungi Ratih, ingin tahu apa gerangan yang terjadi dengan suaminya selama dirumah Ibunya. Banyak sikapnya yang aneh dan berubah. Namun, apa yang didapat saat Ia menghubungi sang adik? Jawabannya sungguh sangat membuat hatinya terluka.
"Pikir saja sendiri!!" ucap Ratih dengan nada tinggi, dan sambungan telepon diputus.
Friska benar-benar tidak mampu menjawab semua tanya yang berkumul dalam hati dan pikirannya. Suaminya sangat jauh berbeda. Semakin hari suasana rumahtangganya semakin seperti neraka, Barly menjadi laki-laki kasar yang gemar membanting perabotan rumah saat marah. Nada bicaranya selalu tinggi, kata - kata makian selalu keluar dari mulutnya . Friska sangat tidak mengenalnya lagi, merasa asing dengan suaminya. Setiap pagi bangun tidur suaminya selalu gelisah. Sering sekali tidak pulang dengan alasan kerumah ibunya. Berkali-kali Friska mencoba mencari tahu tetapi selalu gagal dan tidak pernah ada hasil, hanya pertengkaran yang terjadi. Akhirnya Friska pun mengalah, diam dan bersabar.
**
Dua tahun berlalu, rumahtangganya masih bak neraka. Tidak ada kedamaian dan kemesraan seperti tujuh tahun lalu. Barly kasar dan menjadi pemarah. Friska berkali-kali mencari tahun tentang keadaan yang terjadi kepada keluarga suaminya tetapi tak satupun jawaban yang mengenakkan didapatnya, hingga akhirnya Friska menyerah.
Untungnya Friska memiliki pekerjaan sehingga dia bisa menyibukkan diri kegalauan rumahtangganya tidak buatnya larut. Hingga pada sutu hari, sang suami memberitahukan bahwa mereka harus segera ke Semarang.
"Ayah, ada apa Ibu menyuruh kita pulang segera?" tanya Friska.
"Sudah tidak perlu banyak tanya pacing saja baju-baju kita dan nanti sore kita berangkat," sahut Barly dingin dan tanpa eksprsi.
"Baiklah."
"Astagfirullahhaladhim..suamiku benar-benar berubah" batin Friska.