Mohon tunggu...
FN
FN Mohon Tunggu... Sekretaris - Desa

_

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

M.U.S.I

15 Mei 2024   19:35 Diperbarui: 18 Mei 2024   16:29 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bang Wira, bukannya kami gak membela diri. Asal abang tau, Pak Edo itu orangnya bijak banget. Beliau waktu itu menjelaskan besaran pesangon kami. Jadi, kami diberikan pesangon masing-masing satu milyar rupiah."

"Wow, satu milyar?"

"Iya, tapi ini rahasia lho Bang."

"Iya, Bu Melly. Mulut saya bisa dipercaya."

"Satu milyar itu kalau dihitung-hitung, jauh melebihi gaji kami sampai pensiun di perusahaan Pak Edo." terang Bu Melly.

Aku mengangguk lagi tanda paham.

"Setelah itu Bu Melly dan yang lainnya kemana?"

"Kami pulang ke rumah masing-masing, dan sesuai perintah Pak Edo kami gak boleh pamit ke Benny. Gak lama kemudian kami udah menikah semua. Saya dan Septi ikut suami di Jawa, Isti ikut suaminya di Kalimantan. Cuma Uswa yang masih di Sumatera, di Bengkulu tepatnya." saat Bu Melly menjawab ini, Bu Uswa, Bu Septi dan Bu Isti mendekat. Sepertinya tiga ibu ini pingin menyela ngomong.

"Mel, ini udah malam lho, apa gak dilanjut besok pagi aja?" Tanya Uswa.

"Sudah berapa tahun Bu Melly gak ketemu Benny?" Mendadak aku juga menyela sebelum pertanyaan Bu Uswa tadi di jawab Bu Melly.

Pertanyaanku mendapat respon dari tiga ibu yang baru mendekat ini. Mereka dengan Bu Melly saling pandang, "Mel, kamu cerita pada Abang ini?" Tanya Bu Uswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun