Namun ternyata, beberapa ratus meter sebelum sampai rumah duka, jalanan sudah penuh oleh para pentakziyah. Kamipun harus memarkir mobil di tempat yang cukup jauh lalu jalan kaki menuju rumah duka. Pinginnya kami langsung ke masjid sebelah rumah duka utk bisa ikuti sholat jamaah dhuhur dan sholat jenazah disana, tapi ternyata masjid dan pelataran rumah beliau sudah penuh.
Rombongan kami dan para pentakziah yang baru hadir, dipersilahkan untuk menunggu di pinggir jalan saja dan menyaksikan iringan jenazah menuju ke pemakaman. Karena sejak awal kami berniat bisa menyolatkan jenazah secara langsung, maka kamipun mencari cara gimana biar niat itu kesampaian, dan rombongan kamipun putar haluan untuk langsung menuju masjid ad-Darojat, masjid yang terletak disamping komplek pemakaman dimana ust Sunardi akan dimakamkan. Letaknya sekitar 1.5 km dari rumah duka.
Kami serombongan segera pergi ke masjid ad-Darojat. Sampai disana, sudah penuh sesak juga oleh para pentakziah. Mungkin mereka berfikir sama seperti kami, tidak bisa mensholatkan jenazah di masjid samping rumah duka, ya mensholatkan jenazah di masjid dekat pemakaman. Alhamdulillah kami bisa dapat tempat sedikit untuk melaksanakan sholat dhuhur di masjid ad-Darojat.
Usai sholat dhuhur, sudah ada info bahwa jenazah sudah hampir sampe di masjid ad-Darojat. Alhamdulillah, Alloh kabulkan niat kami untuk bisa mensholatkan jenazah secara langsung beliau ust Sunardi Syahuri di masjid ad-Darojat, berjamaah dengan para pentakziah yang lain.
Sepulang dari takziyah, tetangga kami, seorang ibu langsung minta cerita bagaimana prosesi pemakaman ust Sunardi. Ibu tetangga kami itu bahkan sampe menangis, sedih karena tidak bisa takziyah padahal sangat ingin sekali berangkat. Ibu tersebut tidak bisa meninggalkan suaminya yang sakit, sendirian di rumah.
Ibu tetangga kami itu cerita bahwa masih sangat ingat dan terngiang akan perhatian dan ringannya hati ust Sunardi dalam membantu beliau. Waktu itu tahun 2004, saat ibu tetangga kami dan suaminya mau pergi haji. Mereka sangat ingin ikut bimbingan haji Multazam milik ust Sunardi, tapi belum punya uang untuk membayar ongkos bimbingannya. Uang yang dicadangkan baru akan turun bulan berikutnya.
Ibu tetangga kamipun matur pada ust Sunardi tentang hal ini. Dan dengan ringannya, Ust Sunardi bilang "Tidak apa-apa Bu, monggo langsung ikut bimbinganl hajinya, masalah pembayaran gampang".Â
Bahkan Ust Sunardi menawarkan pinjaman uang untuk bisa dipakai memenuhi keperluan persiapan haji dari ibu tetangga kami itu. Sampe beberapa hari Ust Sunardi ketemu ibu tetangga kami, masih ingat dan nawari, "Bagaimana Bu, jadi mau pake uang saya dulu?"
Masya Allah, dari ribuan pentakziah yang datang ke rumah duka (tanpa ada yang memobilisasi dan memfasilitasi) ternyata masih ada dan mungkin banyak juga, orang yang sebenarnya sangat ingin datang takziyah, namun karena satu dan lain hal akhirnya tidak bisa datang ke rumah duka. Hanya sholat ghaib dan doa dari jauh, seperti yang dilakukan ibu tetangga kami itu.
Benarlah apa yang dikatakan Yahya bin Mu'adz Rahimahulloh, "Sesuai dengan kadar rasa cintamu kepada Allah, begitu pulalah rasa cinta makhluk padamu.
Sesuai dengan kadar kesibukanmu untuk Allah, begitu pula kesibukan makhluk untuk menyelesaikan urusanmu.
Ustadz Sunardi Syahuri begitu besar cintanya pada Allah, maka Allah pun menggerakkan hati makhluk untuk mencintainya.