"Ada apa kau mengajakku bertemu, Da ... Dam?"
"Hmm? Apa?" tanyaku, pura-pura tak mendengar.
"Ada apa mengajak bertemu?" ulangnya, dengan suara yang lebih keras.
"Agar aku kembali mendapatkan ketenanganku, Tika. Sudah semingguan ini aku gelisah."
"Gelisah kenapa?"
"Sebab seseorang telah mencuri hatiku."
***
Pov Kartika
Jika ada yang harus diwaspadai oleh semua perempuan di dunia ini, maka itu adalah penyair. Sebab menundukkan hati perempuan adalah keahliannya. Bukan dengan hadiah-hadiah mewah. Bukan pula dengan keelokan rupa. Akan tetapi dengan tutur kata yang mengandung zat memabukkan, mengalahkan secawan anggur yang katanya bisa membuat peminumnya kehilangan kesadaran.
Lihatlah, baru beberapa menit aku dan Damar duduk berhadapan di salah satu sudut kedai kopi, namun sudah berkali-kali pipiku menghangat dibuatnya. Kalau saja aku adalah gadis belia belasan tahun, sudah barang tentu akan terbuai dengan tutur manis itu. Sayangnya aku adalah perempuan yang telah berada di usia yang matang.
"Silakan, ini daftar menunya."
Seorang pemuda jangkung berambut klimis tiba-tiba sudah berdiri di dekat meja kami. Sebuah buku menu bersampul cantik diletakkannya di atas meja.