****
Pov Damar, pada pukul 18.00 WIB
Menunggu bukanlah hal yang menyenangkan. Waktu seolah enggan berputar. Kebosanan mulai melandaku. Tak sabar rasanya ingin segera bertemu. Gawai dengan segala fiturnya tak mampu lagi mengalihkan pikiran tentangnya, sosok perempuan secantik bidadari yang dikenalkan Lintang tiga bulan lalu. Sejak mengenalnya, aku merasakan nikmatnya jatuh hati. Perempuan sederhana tapi kecantikannya melebihi kebanyakan orang. Sungguh, Tika pun menunjukan tanda-tanda kalau dirinya juga jatuh hati padaku.
Senja baru saja beranjak. Lampu-lampu jalan mulai menyala, menerangi jalanan di kawasan Trunojoyo. Beberapa pengunjung kedai kopi mulai berdatangan. Ada yang berpasangan, namun tak sedikit pula yang datang beramai-ramai.
"Maaf, boleh pinjam korek api?"
Kurogoh kantong jaket, seorang lelaki berompi hijau berdiri di depanku tanpa kusadari kapan datangnya.
"Ini, monggo, Sam."
"Terimakasih, Mas."
Setelah menyulut rokok, lelaki itu mengembalikan pemantikku.
"Alamak, lama sekali kau, Puan."
****