Rumah makan paling populer di Trowulan itu sepi. Mereka bertiga satu-satunya pengunjung. Rumah makan ini memang hanya dibuka hingga petang hari.
Seorang perempuan cantik berusia 30-an tahun, dengan tubuh montok yang dibalut kemben berwarna hijau mendekati mereka.
“Sudah dipastikan. Dia berada di Pondok Harum,” bisik perempuan itu, sambil meletakkan alat minum dari bambu berisi tuak. Ketika berbisik, perempuan itu sengaja memberi tekanan pada kata ‘dia’.
“Aku juga mendengar kabar, akan ada dua gerakan malam ini. Yang satunya bermaksud menjemput dia dari pondok, yang lain ditugaskan menghalangi pendekar yang bermaksud membantu dia…”
“Terima kasih mbakyu Tri,” bisik Mata Naga. Tri adalah nama panggilan untuk perempuan itu, pemilik Pawon ManteraKata yang di Trowulan dikenal sebagai Mbakyu Hestrinaputri.
“Jangan dulu berterima kasih karena kita belum melakukan apa-apa. Berterima kasihlah jika kalian bisa membantu menyelamatkan dia…” Perempuan itu tersenyum, dan meninggalkan mereka.
Ketiga lelaki itu menatap sosok Tri yang melenggang dan menghilang di dapur. Dan kemudian terdiam.
“Jadi, apa yang kita lakukan sekarang? Ada dua pilihan. Kita ke Pondok Harum membantu dia, atau membantu Putri Harum Hutan yang kelihatannya akan dihadang,” ujar Pendekar Codet.
“Jika kita ke pondok, mungkin sudah terlambat,” kata Mata Naga. “Kita sebaiknya berpencar dan menghadapi siapapun yang bermaksud menghadang Putri Harum Hutan. Setelah itu kita bisa ke Pondok Harum untuk memberikan bantuan…”
Pendekar Codet dan Harimau Hitam mengangguk. Setelah mereguk habis tuak yang disajikan Mbakyu Tri, mereka berpisah.
Dengan jalannya sendiri, mereka membantu Putri Harum Hutan