Lagi, dia terpaksa melanggar janji.
Kenapa untuk memenuhi sebuah janji dia harus melanggar janji yang lain?
Perlahan dia mendekati pancuran kecil yang ada di sebelah kanan. Pancuran yang menggenangi sebuah mata air, yang terlihat berwarna keperakan di bawah cahaya Purnama.
Dia mencuci darah yang melumuri jemari, seperti ingin mengikis habis semua penyesalan yang entah kenapa kini memenuhi sanubari.
Dan dia menjerit lirih.
Lengan kirinya kini tak bisa digerakkan!!
“Sial, racunnya sangat ganas,” gerutunya. Pundak kirinya kini menghitam.
Dia mengambil kantong kecil berwarna hitam yang diselipkan di pinggang. Di bawah cahaya bulan dia mengambil sebuah bambu berwarna kuning seukuran ibu jari. Dia mengigit sumbat bambu, dan kemudian meneteskan serbuk ke luka di pundak kiri.
Pendekar Harimau Hitam mengigit bibir. Rasa perih kini benar-benar menusuk.
Dari kantong yang sama dia mengambil sebuah belati kecil. Sambil menggigit bibir dia menorehkan pisau ke luka yang menghitam. Dia melakukan itu berkali-kali hingga darah menghitam di luka menetes dan hilang.
Dia kembali meneteskan serbuk obat dari bambu kecil ke luka.