Kedua lelaki itu sama-sama mempelajari ilmu Cakar, salah satu jurus tangan kosong yang sangat ditakuti namun sukar dilatih. Ilmu Cakar bertumpu pada kehebatan jari tangan yang dijadikan senjata pembunuh.
“Pendekar Harimau Hitam, bersiaplah menghadap Dewa Yama, Dewa Kematian!!” Lima Cakar Maut melompat dan langsung menerjang. Gerakannya cepat. Ayunan tangannya diikuti kabut tipis berwarna kehijauan, seperti bayangan yang mengincar kematian.
Pendekar Harimau Hitam menyambut. Cakar disambut dengan cakar. Sodokan disambut dengan sodokan. Serangan ditangkis dan dibalas. Gerakan maut dibalas dengan gerakan maut.
Keduanya bergebrak dalam kegelapan, berkelebat dalam kebisuan.
Samar Pendekar Harimau Hitam mencium aroma amis, pertanda jemari lawan dilumuri bisa yang mematikan. Namun dia tidak takut. Dia percaya dengan kemampuan ilmu beladirinya.
Pendekar Harimau Hitam berasal dari Bantamsana, sebuah pulau kecil di dekat Tumasik (sekarang disebut Singapura). Ilmu beladirinya bersumber pada gerakan harimau, yang merupakan ilmu turun temurun keluarga. Secara khusus dia menekuni ilmu cakar, yang disebut Mahnakhah Kasa Asthi (Cakar Pengerat Tulang).
***
Kedua lelaki itu berjual beli pukulan. Saling serang dan menghindar. Dalam tujuh jurus pertama, mulai terlihat perbedaan gaya serangan. Pendekar Harimau Hitam gerakannya cenderung lebih lunak. Dia umumnya hanya mengincar kaki atau lengan lawan, menggunakan jurus ‘Pengerat Tulang Penghancur Lutut’ dan ‘Pengerat Tulang Peremuk Lengan’. Jelas kalau dia tak berniat membunuh. Hanya bermaksud melukai.
Beda dengan Lima Cakar Maut. Serangannya ganas. Benar-benar ganas. Jemari kedua lengan yang membentuk cakar menari-nari seperti iblis pencabut nyawa dari lembah kematian.
“Sraatttt…. Craaakkk!!!”
Jemari Lima Cakar Maut menggores pundak kiri Pendekar Harimau Hitam, yang segera melompat mundur.