Alamak! Kegelisahan Pak Rudi memuncak. Dirinya tidak tahu lagi harus bersikap apa. Sang Ketua RT sungguh-sungguh ingin mengakui bahwa dirinya belum bisa memimpin doa. Dirinya belum hafal doa bahasa Arab. Tapi, bagaimana dengan harga dirinya! Nama baiknya!
"Ayo, Pak Ketua RT, maju, Pak. Silakan di mimbar saja. Kita para warga mau pulang ini, belum makan malam," cetus warga seraya mendesak.
Suasana masjid yang tadinya cukup senyap, sekarang jadi riuh. Di sisi yang sama, ternyata muka Pak Rudi juga riuh, penuh dengan kegelisahan yang meriuh. Dalam hatinya, Pak Rudi segera ingin mengakui bahwa dirinya memang belum bisa memimpin doa. Begini, Pak, sebenarnya....
"Biar saya saja yang pimpin doa, Pak. Karena kita juga sedang buru-buru," sahut Pak Kodir seraya berdiri dan berjalan mendekati mimbar.
Selamat! Kegelisahan yang meriuh di sekeliling wajah Pak Rudi akhirnya merendah. Dirinya tertolong oleh sikap baik hati sang Guru PKN, Pak Kodir.
Sembari Pak Kodir membacakan doa, dirinya segera ingin untuk belajar memimpin doa pertemuan bersama Pak Kodir.
Sungguh, Pak Rudi kuatkan dalam hati keinginan tersebut. Niat itu sudah bulat. Sedangkan dari kejauhan, Pak Toni tersenyum rendah sembari mengangguk tanda bahagia.
*****
TAMAT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H