Dirinya enggan pulang di waktu siang, soalnya sang Ayah selalu sibuk bepergian keliling desa. Maklum, ayahnya adalah Ketua RT yang sangat aktif sekaligus dibangga-banggakan oleh warga desa.
"Ayah....Ayah, aku menemukan soal aneh ini. Coba Ayah cek dulu!"
"Aduh, kamu ini, Nak. Kalo masuk ya ucapkan salam gitu napa sih. Enggak susah, kok!"
"O iya. Maaf, Ayah!"
"Bagaimana ujian semester ganjilmu tadi, lancar? Coba Ayah lihat soal-soalnya, pasti mudah, kan?" ujar Ayah sembari menanti sodoran kertas soal ujian dari dalam tas anaknya.
"Ini, Ayah. Iya, mudah, Yah. Tapi... Coba ayah baca soal esai nomor 4."
Ayah sekaligus Ketua RT itu pun segera membaca soal "aneh" yang bikin dirinya penasaran. Sepintas, tak terbesit suatu keanehan apapun dalam relung pikir, hingga akhirnya...
"Hah! Apa ini! Bisa-bisanya gurumu bikin soal macam ini! Pencemaran nama baik ini! Rusak reputasi Ayah selaku Ketua RT. Cepat, Nak. Telpon gurumu, suruh dia datang ke rumah kita. Jangan sampai info buruk ini disebar oleh wali murid lain. Cepat, Nak!"
"Iya, sebentar, Ayah. Aku lepas sepatu dulu."
"Tak perlu lepas sepatumu. Biarkan saja lantai kita kotor, asal jangan nama baik Ayah yang tercemar. Cepat telpon!"
***