"Permisi, Pak. Pak Ketua RT ada?" Di tengah percakapan sengit, tiba-tiba datang seorang warga yang ingin menyampaikan informasi penting kepada Ketua RT.
"Iya, ada apa cari Saya?"
"Begini, Pak. Perkenalkan nama saya Toni. Saya ingin menyampaikan pesan dari Kepala Desa. Ini mendadak, beliau mengajak Pak Ketua RT untuk hadir ke masjid untuk Shalat Magrib berjamaah sekaligus mengikuti rapat penting pelaporan kegiatan bulanan desa."
"Harus sekarang, Pak?"
"Iya. Kita Shalat Magrib terlebih dahulu. Ajak juga Bapak ini, kita Shalat Berjamaah."
Alhasil, Pak Toni, Pak Ketua RT, hingga Pak Kodir bergegas menuju masjid. Sepanjang perjalanan menuju ke rumah ibadah, permasalahan tentang soal "aneh" akhirnya terhenti. Agaknya Pak Ketua RT cukup risau bahwa akan ada pertemuan apa sesungguhnya nanti.
***
"Assalamualaikum, selamat malam Bapak/Ibu sekalian. Perkenalkan, nama saya Toni. Alhamdulillah hari ini saya sudah sehat sehingga kita bisa bersama-sama berjuang untuk memajukan desa."
Di sudut kiri masjid, ada seseorang yang sangat gugup menatap dirinya sendiri. Ia malu, juga bingung harus berbicara apa nantinya. Dirinya tak sanggup menatap Pak Toni, yang ternyata beliau adalah Kepala Desa.
Pantas saja kantor desa dalam dua bulan ini selalu nihil kehadiran ketua. Pak Rudi selaku Ketua RT terlalu sibuk mempertahankan reputasi dan wibawanya. Ingin menampakkan seolah-olah dirinya kerja keras, padahal entah. Entah kerja keras, atau malah kerja angin-anginan.
"Demikianlah sambutan saya pada malam hari ini. Besar harapan saya agar Bapak/Ibu warga desa sekalian mau bekerja sama, dan sama-sama kerja. Sebelum saya akhiri, saya dengar bahwa ada salah seorang Ketua RT kita yang sangat aktif dan serius dalam membangun desa. Maka darinya, dengan kerendahan hati, saya meminta kepada Pak Rudi untuk membacakan doa penutup kegiatan kita."