Hari sudah hampir Magrib. Dari sudut jalan, tampak Pak Kodir sedang mencari-cari rumah Ketua RT desa setempat. Vespa MP 6 Prototipe tidak ia bawa, karena tadi dirinya sibuk di bengkel guna servis kopling.
"Pak Kodir, di sini, Pak. Di sini rumah kami!"
Tanpa berlama-lama, Pak Kodir langsung bertamu ke rumah Ketua RT. Dirinya sudah khawatir. Hari sudah gelap, dan Pak Kodir ingin segera berkumpul dengan keluarganya.
"Permisi, selamat sore, Pak Ketua RT. Ada apa ya Pak, sore-sore meminta saya kemari?"
"Begini, Pak Guru. Saya langsung saja, to the point saja ini, ya. Apa maksud Pak Guru bikin soal aneh macam ini!"
"Oh, soal yang ditanyai anak Bapak tadi, ya. Aneh apanya, Pak. Tak ada yang salah dengan soal itu."
"Apanya yang tidak ada salah. Ini jelas-jelas salah. Mengapa ada nama Saya! Pake tulis-tulis bahwa Saya Ketua RT yang tidak lancar baca doa pula. Kan ini menghancurkan reputasi Saya. Bisa malu saya, Pak! Bagaimana ini, Saya minta solusi!"
"Lho, Pak. Jelas-jelas soal di sana cuma Saya tulis Ketua RT. Di tiap desa kan ada Ketua RT, Pak. Memangnya Ketua RT di seluruh desa ini Bapak seorang? Tidak, kan? Jadi, soal ujian tersebut kebetulan saja sama, Pak."
"Ah, tidak. Tidak begitu. Pokoknya saya mau Pak Guru tarik semua soal yang sudah sampai di tangan wali murid, lalu adakan saja ujian ulang."
"Tidak bisa, Pak. Tidak ada yang salah dengan soal tersebut."
***