Pukul 07.30 Wib, PAS PKN pun dimulai. Pak Kodir kebetulan dapat jadwal mengawas di ruang 7B, dengan materi ujian PKN. Dalam hatinya, Pak Kodir sangat senang. Secara, dirinya bisa langsung mengukur tingkat ketercapaian siswa tanpa harus berlama-lama menanti.
"Anak-anak, silakan taruh tas kalian di dekat papan tulis. Siapkan saja satu-dua buah pena di atas meja. Tak perlu pakai penghapus pena. Jika nanti jawaban kalian salah, cukup dicoret sekali saja. Kita belajar menulis yang rapi, juga bersih tanpa coretan."
"Siap, Pak." Segenap siswa seisi kelas mengiyakan. Mereka sepertinya sudah siap. Dan juga, sebenarnya soal ujian alias PAS PKN tidaklah susah-susah amat.
Terang saja, tiap hari Senin, Pancasila dan pengalamannya selalu disampaikan lewat amanat guru. Tidak ada alasan untuk remidial.
"Tas sudah ditaruh, dan sekarang kalian tampaknya sudah siap untuk ujian. Silakan berdoa terlebih dahulu, boleh dipimpin oleh ketua kelas."
Siswa pun berdoa menurut agama dan kepercayaan mereka masing-masing. Setelah berdoa, satu demi satu dari generasi emas penerus bangsa ini mengerjakan soal PKN dengan hikmat. Suasananya hening, adem. Mungkin karena hari masih pagi, hingganya siswa masih segar.
Dari pengamatan Pak Kodir, terlihat ada sejumput siswa main kode-kodean.
Ada siswa yang jari-jarinya melambangkan gambar "saranghae", dugaan Pak Kodir, mungkin itu adalah kunci jawaban "C".
Ada pula siswa yang terlalu sering menggaruk-garuk kepala. Lagi, dugaan Pak Kodir, itu adalah kunci jawaban "B", karena kebetulan siswa menggaruk kepala menggunakan dua jari.
***
"Pak, maaf, saya ingin bertanya. Boleh, Pak?" Jelang 1 jam waktu ujian berlalu, tiba-tiba ada seorang siswa yang memberanikan diri untuk bertanya kepada Pak Kodir.