"Mesh satu hal yang membuatmu teridentifikasi adalah gayamu. Bajumu sederhana. Pakai jeans. Berjepit rambut lucu. Bau asapmu itu yang  nggak nahan,"  kataku sambil terus menatap ke arah mukanya yang tertutup buku.
"Lemak  bae!!!  BVLGARI ini  ni," katanya dengan mukanya memerah sambil menurunkan bukunya.
"Serius, ini  cak bau asap. Malah agak  sengak".
"Hidungmu itu yang perlu diobati.  Bawak ke THT," kembali dengan suara meninggi.
"Sudah mengapa ke sini? Kangen  ya? Jangan berisik ini perpustakaan," godaku.
Kemarin, Prameshwari dengan gagahnya mengungkapkan kalau dirinya bisa menebak kehadiranku di haluan kapal karena bau keringatku. Â Nah, Â sekarang aku bisa menebak dirinya dengan bau minyak wanginya.
"Cari buku untuk buat laporan  public health,"  katanya ketus.
"Katanya hari ini mau berangkat?".
"Nanti sore, naik Deraya".
Kupegang tangannya dan kubilang. "Kalem sajalah. Malu ketemu denganku".
Kutatap tajam matanya. Dan nafasnya tersengal.