"Hore tiga SKS, antropologi budaya lokal," kataku.
"Aku serius," katanya sambil menahan tanganku yang akan memasukkan bakso ke mulutku.
Tatapan matanya itu langsung menembus mataku turun ke jantung. Â Woooo. Â Tadi aku menang tapi kini aku yang kalah tatap.
Apa yang diucapkan oleh Prameshwari ada benarnya. Budaya akan hilang bila tidak terdokumentasi dengan baik. Kontroversi dipastikan akan ada. Setiap kelompok dipastikan punya adat istiadat dan penutur dan tokoh masyarakat. Satu hal yang patut diambil adalah garis besar budaya itu. Perbedaan dipastikan ada dan itu dihormati dengan toleransi.
"Buku apa yang membuatmu tertarik untuk terus dan terus membaca dan mempengaruhimu?" Tanya Prameshwari.
"The  Protestant  Ethic  and  The  Spirit  of  Capitalism,  Weber.  Future  Shock,  Toffler.  Clifford Geertz yang banyak nulis tentang Islam, Budaya Jawa, dan juga tradisi masyarakat," jawabku.
"Ha ha ha ha," Prameshwari tergelak.
"Aku mau terbang".
"Ada yang salah dengan itu."
"Tidak ada yang salah. Coba kau renungkan," ujarnya sambil berjalan ke mobil.
Dan lelaki tinggi putih tegap itu masuk ke warung membayar dua bakso dan dua teh botol.