Apa mungkin karana kita yang enggan memberinya tempat?
Ahh sudahlah...
Aku hanya bisa mengucap;
 selamat datang dalam era puisi-puisi yang tidak lagi memiliki jiwa."
Selepas membaca naskah dari Sastra, seketika jiwa Ayah Sastra bergetar,Â
dan dengan sontak mengatakan;
"Sas... naskahmu mengandung satire?, ada apa denganmu?"
tanya Ayah, sambil memandang kedua kelopak mata anak muda yang ada di hadapannya.
"Hehe... maaf yah! Bukannya seperti itu. Tapi, begitulah sekiranya yang Sastra rasakanÂ
mengenai kesusasteraan saat ini.",
"Memangnya, pada jaman Ayah dahulu, bagaimana keadaannyaÂ
mengenai karya sastra, khususnya puisi?"
sambung Sastra, mengajukan pertanyaan.