Beruntunglah kau Sastra yang telah di anugerahlan Tuhan akan keluarga keluarga yang harmonis.
Selepas makanan yang di santap oleh keluarga harmonis tersebut telah sampai pada perutnya masing-masing.
Sastra kembali melanjutkan dialog yang sempat tertunda pada Ayah dan Ibunya di meja makan tersebut.Â
Sementara, Ibu Sastra memilih untuk merapikkan makanan yang telah habis tersantapÂ
dan segera membawanya ke arah westafel untuk memberishkan sisa-sisa makanan yang masih menempel di piring.
Meja makan kini hanya di huni oleh Sastra dan Ayahnya saja.
"Ayah... tadi saat Sastra pergi keluar rumah, Sastra telah membuat sebuah naskah.Â
Boleh aku minta pendapat dari Ayah mengenai naskahku?"
ucap Sastra, sambil menyerahkan secarik kertasÂ
beserta pena yang ia ambil dari saku bajunya.
"Coba sini Ayah lihat."
jawab Ayah dan Ibu Sastra.
Naskah itu ia beri judul, "Puisi yang Hilang"
-Puisi yang Hilang-