Nenek terkekeh menanggapi ucapan cucunya itu.
"Nek, kenapa nenek tidak memakai lampu aja seperti di rumah Ardi dulu? Gelap tahu nek, meskipun nenek pakai lampu minyak ini. Mana di sini banyak nyamuk." Keluh Ardi.
"Maaf yaa nak, nenek tidak punya uang untuk bayar listrik. Nanti kalau nenek punya uang nenek bakalan beli lampu supaya Ardi tidak kegelapan lagi."
Ardi hanya diam menanggapi ucapan neneknya dan memakan makanannya dalam keheningan.
Lima menit telah berlalu, nenek sudah selesai makan dan membersihkan piring kotornya begitu pun Ardhi. Nenek membawa Ardi ke kamar dan tidur di sebelahnya.
"Aku tidak mau tidur bersama nenek! Nenek bau sirih, aku nggak suka baunya. Nenek tidur di sebelah aja tapi tunggu Ardi tidur dulu baru nenek boleh pergi."
Nenek hanya mengangguk mengiyakan permintaan cucunya itu. Nenek menemani Ardi tidur sambil mengusap punggung Ardi. Dan tak lama, Ardi pun terlelap dari tidurnya. Nenek pergi ke kamar sebelah dan tidur.
***
Pagi harinya Ardi terbangun dari tidurnya. Ia bangun dari tempat tidurnya dan melihat di sekeliingnya sudah rapi dan bersih. Ia berjalan menuju dapur dan terlihat mi instan hangat dan sambal lalapan buatan neneknya sudah tersedia di meja makan.
Ardi bergegas mencuci muka dan menggosok giginya dan pergi ke meja makan menyantap sarapannya. Ardi memang meminta ibunya untuk menyediakan mi instan kesukaannya karena Ardi tidak menyukai makanan 'orang desa'. Padahal kota maupun desa sama saja rasanya namun memang dasarnya anak kecil yang belum terbiasa dengan lingkungannya.
Ardi menyantap makanan itu dengan nikmat dan setelah selesai makan, ia mencuci piring bekas makannya. Ardi diajarkan untuk bertanggung jawab apa yang ia lakukan. Meskipun ia anak yang keras kepala tetapi diam-diam dia akan memikirkan setiap nasehat-nasehat yang ibunya berikan. Setelah itu, ia mengambil mainannya dan bermain dengan imajinasi yang ia buat.