Mohon tunggu...
Oky Nugraha Putra
Oky Nugraha Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Seorang manusia yang terus belajar, belajar, belajar pada siapapun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dari Jatinangor dan di Dipati Ukur

29 Oktober 2017   06:49 Diperbarui: 29 Oktober 2017   07:13 996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Aku heran sekali dengan orang-orang di Indonesia. Perasaan, setiap ada papan larangan maupun anjuran di suatu tempat, dan sudah jelas larangannya, dan aku yakin mereka bisa membacanya, mereka tidak buta huruf, selalu dilanggar. Mulai dari larangan parkir di suatu tempat, namun di sekitaran papan larangan itu, banyak sekali mobil maupun motor yang parkir. Lalu papan anjuran untuk membuang sampah pada tempatnya, namun di sekitaran bak sampah atau tempat sampah itu selalu saja ada sampah yang dibuang secara sadar oleh orang yang berjalan di sekitar tempat sampah yang dimaksud. Tanpa kompromi. Tidak ke tempat sampah yang dimaksud papan anjuran itu. Yang paling membuat aku jengkel adalah larangan untuk tidak merokok di suatu tempat keramaian. 

Larangan ini yang kualami sering sekali dilanggar. Apakah para perokok itu sangat tolol hingga tidak dapat membaca larangan itu ? Atau mereka hanya sekedar membaca, dan membaca saja. Tidak mengerti maksud dan tujuan dari tulisan itu ! Tidak memaknainya. Seakan-akan kupikir mereka hanya menganggap tulisan peringatan dan anjuran itu sekedar tulisan-tulisan yang asal ditempel saja sebagai hiasan suatu tempat. 

Benar-benar degil sikap mereka kalau seperti itu. Sepertinya mereka pun termakan oleh anjuran 'Budayakan Membaca'. Ya, secara fisik mata mereka sudah mampu membaca tulisan-tulisan itu. Namun, secara maknawi aku rasa mereka belum memaknainya. Ya, membaca. Sekedar membaca !". Iwan merenungkan dan menggerutu dalam hatinya. Sambil sesekali menatap ke lantai yang dijejaki oleh kaki ketiga laki-laki di sebelah kirinya tersebut.

Bus Damri akan segera keluar tol. Tepatnya memasuki kawasan Jalan Moh. Toha. Sebagian dari penumpang Damri bersiap akan turun. Iwan memerhatikan sekelilingnya. Penumpang di formasi kursi bagian depan nampaknya tidak akan ada yang turun. Sedangkan ketika sesekali melirik ke arah formasi kursi bagian belakang, dia melihat beberapa orang telah meninggalkan kursinya dan berdiri. Bersiap untuk turun. 

Ketika bus Damri memasuki kawasan Jalan Moh. Toha, para penumpang itu pun turun. Ketika Iwan akan duduk, dia tidak jadi. Karena membaca tulisan anjuran di dalam bus Damri tersebut untuk mendahulukan ibu hamil, lansia, orang cacat, dan perempuan. Karena dia melihat ada seorang kakek yang sedari tadi berdiri, maka dia pun tidak jadi untuk duduk di kursi bus Damri yang telah kosong. Dia lebih memilih terus berdiri. Tak lama berselang, dua orang pengamen masuk ke bus Damri yang ditumpangi Iwan. Mereka berdiri tepat di depan Iwan, di sebelah kanan. Mereka bersiap melantunkan tembang ketika seorang diantara mereka berkata:

"Assalamu'alaikum warahmatulahi wabarakatuh. Punten ngawagel waktosna sakedap bapak-bapak, ibu-ibu, akang-akang, teteh-teteh semua, kami disini hanya untuk mencari sesuap nasi, daripada kami nyopet, daripada kami mengemis, lebih baik kami melantunkan berbagai tembang yang akan menghibur penumpang semua. Ya, tanpa berpanjang lebar, selamat menikmati".

Hoobastank-The Reason

 I'm not a perfect person

There's many things i wish i didn't do

But i continue learning

I never meant to do those things to you

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun