Bulan Februari ketika itu...
Beberapa remaja mulai mamadati kafe Anin. Mulai di sudut ruangan hingga bangku yang di luar. Anin memang pandai menawarkan keceriaan pengunjungnya, meski terkadang yang datang hanya sekadar singgah tanpa tujuan.
      Jika kita  merasa dunia lebih banyak menawarkan kesedihan mungkin kita lupa Dia selalu memberi sepaket ; senang, sedih, masalah dan solusi.
Yaaah, kafe Anin salah satu solusinya.
Terkadang ada yang harus dituntaskan hari ini, seperti dendam temu setelah beberapa waktu menjarakkan kaki.
Begitu juga Dara...
      "Kenapa murung, Kak Dara ..." tanya Anin menatap wajah sendu Dara.
Dara hanya menggeleng.
      "Mau aku buatin frappucino , Kak...?, menu baru loh"
Dara masih bungkam. Tangannya mengepal seperti menyimpan segudang emosi. Matanya menahan kepungan air yang hampir tumpah. Bibirnya bergetar...
      "Ada apa, Kak?" tangan Anin menyentuh jemari Dara. Dara menatap wajah teduh Anin kemudian memeluknya. Tangisnya tumpah seketika.