Dara menarik napas panjang...
      "Aku sebaiknya bagaimana, An...?"
      "Menurutku ada dua pilihan, Kak, yang pertama Kak Dara ngomong sama Mama tentang kelakuan Papa tiri Kak Dara, yang kedua Kak Dara lapor polisi, karena ini sudah tindakan kriminal Kak". Jawab Anin sambil menatap wajah Dara yang sembab. Ia belum pernah melihat wanita yang terlihat tomboi menjadi rapuh seperti ini.
Dara mengangguk. Entah dia setuju atau punya pilihan lain.
"Maaf ya, An, aku sudah merepotkan dan akhirnya kamu tahu tentang Papaku, padahal ini hal yang memalukan".
"Ceritalah Kak, barangkali itu bisa membuat lega". Kata Anin pelan.
"Kasihan Mama, tapi itu sudah pilihannya dan aku bisa apa". Dara mengusap airmatanya.
Semoga semua akan segera akur, tentang harapan, tentang sesuatu yang tak perlu dijelaskan...
                        ***
Maret...dan air mata yang tumpah hanyalah caraNya untuk kita kembali menjahit sajadah iman yang terkoyak...
Bening memantulkan cahaya  kulacino di atas meja, masih teringat jemari Dara menulis kata A -- n --i -- n waktu itu...