Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mimpi Pemilik Warkop di Bawah Kaki Gunung Merapi

14 November 2022   11:08 Diperbarui: 30 November 2022   13:15 1395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibu Mukiyem tampak malu-malu. Pun dengan Haris yang menjawab tergantung. Keduanya saling melirik. Setelah sedikit paksaan, keduanya pun menjawab.

"Kalau hari biasa ya 200-300 ribu. Kalau sabtu minggu bisa mencapai 500 ribu. Tergantung sebenarnya," jawab Haris.

"Bu. Apakah di sini tidak ada yang menanam kopi?" tanya saya lagi.

"Tidak ada. Banyak tanaman sayuran. Sebenarnya dulu ada," jawabnya.

 dokumentasi pribadi
 dokumentasi pribadi

Kami pun mengobrol banyak perihal kopi. Tentang kenapa kopi lokal dengan seduhan orang lokal banyak diburu. Diskusi kami pada akhirnya menjurus kepada konsep warkop yang hendak dicapai Bu Mukiyem dan Haris

"Bu. Kalau saran kami, coba tanam kopi di ladang ini. Jadikan tanaman jarak saja bu," ujar kakak saya.

Bu Mukiyem merasa tertarik. Baru pertama ia mendengar konsep kopi dan dunia perkopian. Ia mengajak saya keluar dan diminta menunjukan di mana kopi harus di tanam. 

Saya hanya memberikan saran agar kopi bisa ditanam di pinggir dengan jarak tertentu. Bu Mukiyem semakin tertarik. Mondar-mandir lagi sebelum masuk dan ikut bergabung bersama anak dan kakak saya.

Haris lebih tertarik lagi. Anak seni ini punya banyak konsep di kepalanya. Ia tak mau warkopnya hanya sekadar warkop tetapi punya keunikan tersendiri.

Apalagi, ketika saya mengatakan banyak cafe dan warung kopi yang berdiri di sepanjang jalur ini tidak atau beluk memberikan sesuatu yang unik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun