"Duduk mi, masa tidak boleh saya duduk sama dengan cucuku?"
"Bu-bukan begitu, Puang. Takutka tidak sopan dengan kita', Puang"
Ujar Aco sedikit ragu membuka kursi lipat untuk duduk sepantaran dengan neneknya.
Puang Puji cemberut, melihat hal tersebut, ia langsung membuka kursi lipatnya dan duduk disitu. Takut neneknya marah.
"Kan kalo begitu enak, lancarmi juga nanti saya bicara, tidak tunduk-tunduk"
Senyum mengembang di wajah Puang Puji.
"I-iye, Puang"
Mereka berdua menyesap kopi masing-masing, menikmati sore hari itu. Batin Aco masih bertanya-tanya dengan perlakuan neneknya yang tidak biasa ini. Ia terus menatap neneknya penuh tanya.
"Kenapa ko, nak?"
Ketahuan terlalu menatap neneknya, Aco salah tingkah.
"Tidak ada rokokmu, kah? Pi ko beli, ini uang pake"