Mohon tunggu...
Nurul Faiza
Nurul Faiza Mohon Tunggu... Konsultan - Mahasiswa/ Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Saya suka menulis hal-hal menarik yang menurut saya dapat dijadikan inspirasi untuk saya dan orang yang membacanya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Faktor Dan Dampak Gangguan Fonologis Dalam Pelafalan Fonem /R/ Pada Penderita Cadel

16 Desember 2023   19:25 Diperbarui: 16 Desember 2023   19:31 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

ANALISIS FAKTOR DAN DAMPAK GANGGUAN FONOLOGIS DALAM PELAFALAN FONEM /R/ PADA PENDERITA CADEL

Vera Sardila dan Nurul Faiza

PBINDO'FTK'UIN SUSKA RIAU 

Abstrak

Gangguan fonologis pada penderita cadel dapat memengaruhi seseorang dalam melafalkan suara tertentu, termasuk fonem /r/. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan fonologis dalam pelafalan fonem /r/ pada penderita cadel dan dampaknya terhadap komunikasi mereka.

Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan melibatkan sejumlah partisipan penderita cadel yang mengalami kesulitan dalam melafalkan fonem /r/. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan analisis rekaman suara. Faktor-faktor yang dianalisis meliputi faktor fisik, seperti struktur anatomi mulut dan lidah, serta faktor psikologis, serta kecemasan dan motivasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gangguan fonologi dalam pelafalan fonem /r/ pada penderita cadel dapat disebabkan oleh kombinasi faktor-faktor fisik dan psikologis. Faktor fisik meliputi lidah yang tidak memadai untuk membentuk suara /r/ dan kesulitan dalam mengontrol aliran udara. Faktor psikologis meliputi kecemasan yang dapat memengaruhi kepercayaan diri dan motivasi untuk melatih pelafalan.

Dampak dari gangguan fonologi ini dapat memengaruhi komunikasi sehari-hari penderita cadel. Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam situasi komunikasi. Namun, dengan adanya pemahaman tentang faktor-faktor penyebab dan dampak gangguan ini, dapat dilakukan intervensi yang tepat, seperti terapi bicara untuk membantu penderita cadel meningkatkan kemampuan pelafalan fonem /r/ dan memperbaiki komunikasi mereka.

Kata kunci: gangguan fonologis, cadel, dan fonem /r/.

Pendahuluan

Fonologi adalah satuan terkecil dalam susunan linguistik yang memiliki peran penting dalam komunikasi fonologi. Fonologi menjadi dasar pembentukan satuan bahasa selanjutnya sehingga struktur morfologi bisa terbentuk, dan selanjutnya terus berturut ke sintaksis dan wacana. Kajian yang membedakan makna ini dinamakan kajian fonetik. Secara umum fonetik bisa dijelaskan sebagai cabang fonologi yang mengkaji bunyi-bunyi bahasa tanpa memerhatikan statusnya, apakah bahasa itu dapat dibedakan maknanya atau tidak. Sedangkan kajian fonologi adalah yang mengatur tentang aturan bunyi dari setiap fonem yang ada dalam kajian fonemik. Fonemik adalah cabang kajian fonologi yang mengkaji bunyi-bunyi bahasa dengan memerhatikan fungsinya sebagai pembeda makna.

Pengucapan fonem merupakan kemampuan seseorang untuk melafalkan suara-suara tertentu yang merupakan unit bunyi terkecil dalam bahasa. Fonem berperan penting untuk membentuk kata dalam bahasa. Setiap bahasa harus diucapkan dengan fonem yang tepat agar dapat dicerna maknanya.

Pengucapan fonem melibatkan penggunaan organ-organ bicara yaitu lidah, gigi, bibir dan aliran udara. Setiap fonem memiliki karakteristik unik dalam produksi suara, termasuk posisi lidah, aliran udara, dan pengaturan bibir. Pengucapan fonem /r/ misalnya dalam pengucapannya lidah diletakan di belakang gigi depan dan udara ditiup melalui celah diantara lidah dan gigi, sehingga menghasilkan suara /r/ yang khas.

Seorang penderita cadel akan kesusahan dalam pengucapan fonem /r/ karena gangguan fonologi. Hal ini dapat memengaruhi kemampuan seseorang dalam melafalkan fonem /r/ dengan benar. gangguan ini disebabkan oleh berbagai faktor yaitu faktor fisik seperti anatomi mulut yang tidak memadai dan faktor psikologis seperti kecemasan serta kurangnya motivasi.

Menurut dr. Lily Sidiarto dalam Arsal (2012) cadel adalah suatu bentuk disarti yaitu sebutan untuk gangguan artikulasi (pengucapan kata) yang disebabkan oleh gangguan fungi dari organ artikulasi. Cadel dapat disebabkan oleh gangguan struktur antara lain karena ukuran lidahnya relatif pendek atau kelainan pada otot yang terdapat di bawah lidah. Adanya kelainan kedua otot tadi bisa menyebabkan gerakan lidah menjadi kurang baik.

Dalam kasus lain masyarakat melayu jarang menggunakan fonem /r/ disebabkan oleh tongue-tie dimana frenulum lingange yang berada di bawah bagian lidah tidak mampu bekerja dengan baik, seperti kerja anak lidah non-ankyloglossia. Hal ini yang menyebabkan banyak kata yang diucapkan oleh penutur melayu yang harusnya menggunakan fonem /r/ diganti dengan  fonem /gh/. Seperti contohnya yaitu marah diucapkan dengan kata maghah.

Fonem /r/ merupakan konsonan yang bisa menduduki posisi yaitu awal, tengah, dan akhir. Contohnya raja, urat, dan lebar (Chaer, 2009 hlm 91). Dilihat dari proses fonologinya konsonan juga memiliki gugus konsonan (kluster) yang merupakan konsonan rangkap. Khusus untuk fonem /r/ gugus konsonannya adalah /br/, /dr/, /fr/, /pr/,/skr/, dan /tr/. Semua gugus konsonan ini posisinya dalam kata dapat berada di awal, di tengah, namun tidak bisa di akhir. Gugus konsonan yang berada di awal yaitu /gr/, /kr/, dan /sr/. Penggunaan fonem /r/ sangat berpengaruh dalam pengucapan dan tingkat pemahaman seseorang terhadap kalimat yang diucapkan.

Peneliti disini akan membahas serta mendeskripsikan faktor yang menyebabkan terjadinya gangguan fonologi yang disebut cadel ini, serta dampak apa yang akan disebabkan oleh penderita cadel dalam bertutur sehari-hari. Peneliti juga melihat seberapa tingkat pemahamannya seseorang jika berbicara dengan seorang penutur dengan gangguan fonologis.

Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertuli atau lisan dari orang bertutur yang diamati. Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pertama, observasi yaitu peneliti mengamati secara langsung penderita cadel saat mereka mencoba melafalkan fonem /r/. Observasi ini dilakukan dengan melakukan percakapan sehari-hari dengan penderita cadel. Sehingga memperoleh pemahaman yang baik tentang kesulitan yang dialami oleh penderita cadel dalam melafalkan fonem /r/ dan faktor yang telah memengaruhinya.

Kedua, wawancara yaitu peneliti melakukan wawancara dengan penderita cadel untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang pengalaman mereka dalam melafalkan fonem /r/. Wawancara ini dilakukan dengan memberikan pertanyaan tentang sejak kapan mereka mengalami kesulitan, situasi apa yang membuat kesulitan terebut semakin terasa, dan upaya apa yang telah dilakukan untuk mengatai masalah tersebut. Wawancara ini dilakukan  untuk memperoleh perspektif penderita cadel tentang gangguan fonologi yang mereka alami.

Terakhir, rekaman audio yaitu peneliti melakukan rekaman audio saat penderita cadel melafalkan fonem /r/. Rekaman ini dilakukan dalam lingkungan yang terkontrol, yaitu dalam ruangan yang tenang, sehingga peneliti dapat mendengarkan kembali pelafalan fonem /r/ penderita dengan teliti. Rekaman ini dapat memberikan data yang objektif tentang kesulitan yang dialami oleh penderita cadel dalam melafalkan fonem /r/.

Pengumpulan data melalui metode observasi, wawancara, dan rekaman audio ini telah memberikan informasi yang komprehensif tentang gangguan fenologi pada pelafalan fonem /r/ pada penderita cadel. Selanjutnya, data digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan fonologis dan dampaknya pada penderita cadel.

Hasil dan pembahasan

Sebagai makhluk sosial, manusia sangat dituntut dalam menguasai bahasa untuk keberlangsungan hidupnya. Bahasa sebagai salah satu sarana komunikasi sangat penting nilainya bagi manusia untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia lainnya. Manusia dituntut untuk menguasai kemampuan berbahasa agar memudahkan bersosialisasi sesama manusia. Sangat diperlukan bahasa yang sesuai agar mudah untuk interaksi sosial, maka diharuskan untuk setiap individu dapat mengucapkan fonem yang sesuai agar terjadi interaksi timbal balik.

Fonem adalah satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan kontras makna. Fonem berfungsi untuk membedakan makna kata. Pelafalan fonem yang tidak tepat sering kali tidak tepat digunakan oleh penutur. Dengan adanya gangguan pelafalan tersebut maka para lawan tuturnya menjadi kesulitan dalam menganalisis makna yang dimaksud penutur.

Dari penelitian yang dilakukan ditemukan hasil wawancara terbuka dari dua narasumber. Berkaitan dengan penyebab pertanyaan pertama apakah mereka mengetahui faktor dan penyebab cadel. Narasumber RA mengetahui penyebab kecadelan yang dialaminya karna pernah mengalami gejala stroke sehingga menyebabkan lidahnya kaku dan usah untuk melafalkan fonem /r/. Namun, narasumber SY tidak mengetahui penyebab dan faktor dia mengalami gangguan cadel. RA lebih jelas menjawab pertanyaan ini dengan jelas jika lidahnya tidak sampai ke langit-langit (velar). SY menjelaskan kondisi lidahnya yang memang pendek, tapi pengucapan /r/ sampai ke langit-langit hanya saja tidak bisa bergetar dan susah, namun lebih jelas dari SY walaupun area velar hanya dalam kondisi tertentu dan itu pun ujungnya saja dengan sedikit dipaksa.

Pertanyaan kedua berkaitan dengan percobaan atau cara yang dilakukan untuk menyembuhkan. Hal tersebut dijawab le SY yaitu

saya sudah mengikuti terapi sejak 3 tahun terakhir yang disarankan oleh teman-teman saya, yaitu terapi senam lidah dengan mengucapkan /r/ secara berulang kali seperti ular melingkar-lingkar di pagar pak umar namun tetap saja tidak bisa dan tidak mengubah cadel saya, saya pikir cadel ini tidak akan bisa diubah”

Pertanyaan kedua dijawab oleh RA bahwa dia pernah lidahnya ditarik setelah pengobatan strokenya tapi malah dia merasakan sakit. Ternyata dengan cara tarik lidah tetap tidak bisa mengobati gangguan cadelnya.

Selanjutnya pada pertanyaan ketiga yaitu tentang dampak cadel dalam kehidupan sehari-hari. RA dan SY menjelaskan dampak yang dirasakan berdasarkan penggalan mereka bahwa sering orang mengejek mereka karna kurang dimengerti, dan jika mereka berbicara sering kali diperhatikan hanya untuk membenarkan fonem /r yang mereka sebutkan.

Pertanyaan keempat adalah apakah mereka pernah secara spontan berhasil mengucapkan fonem /r/. Merekam menjawab pernah tapi sangat jarang dan sangat sulit itu terjadi. Jawaban itu mereka rasakan saat melakukan senam lidah.

Jadi berdasarkan wawancara yang dilakukan dapat disimpulkan faktor yang memengaruhi objek kajian untuk melafalkan fonem /r/ antara lain:

a.Faktor individu

1)Lidah tidak dapat membentuk fonem /r/

Penderita cadel atau gangguan bicara lainnya mungkin mengalami kesulitan dalam membentuk fonem /r/ dengan lidah. Fonem /r/ dalam bahasa inggris umumnya dihasilkan dengan menggerakkan lidah ke arah belakang dan mendekatkannya ke langit-langit mulut. Namun, penderita cadel mungkin mengalami kesulitan dalam mengontrol gerakan lidah mereka dengan tepat, sehingga sulit bagi mereka untuk membentuk fonem /r/ dengan benar.

Penderita cadel biasanya memiliki variasi pengganti fonem /r/ yang disebut substitusi /r/. Ini bisa termasuk mengganti dengan bunyi lain seperti /w/ atau /l/. Misalnya, kata merah dapat diucapkan sebagai mewah atau melah oleh penderita cadel. Meskipun pengucapan ini berbeda dari pengucapan standar, antar sesama penderita cadel masih dapat memahami dan berkomunikasi dengan baik, namun kemungkinan besar banyak yang tidak mengerti.

Penting untuk dicatat bahwa setiap individu dengan gangguan bicara memiliki pengalaman yang unik, dan penggantian fonem /r/ tidak selalu terjadi pada setiap penderita cadel. Terapi bicara dan dukungan yang tepat dapat membantu individu dengan cadel meningkatkan keterampilan bicara membaca.

2)Kesulitan dalam mengontrol aliran udara

Penderita cadel mengalami kesulitan dalam mengontrol aliran udara saat berbicara. Ini dapat memengaruhi kemampuan mereka untuk menghasilkan bunyi-bunyi tertentu dengan benar.

Membentuk fonem /r/ dalam bahasa Indonesia, diperlukan aliran udara yang lancar melalui celah sempit antara lidah dan gigi depan atas. Namun, penderita cadel mungkin mengalami kesulitan dalam mengontrol aliran udara, sehingga bunyi /r/ mereka terdengar tidak jelas atau terdistorsi.

Kesulitan dalam mengontrol aliran udara juga dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghasilkan bunyi-bunyi lainnya yang melibatkan aliran udara yang teratur atau konsisten, seperti bunyi /f/, /h/, dan /v/.

Penderita cadel sering kali menjalani terapi bicara yang melibatkan latihan-latihan untuk meningkatkan kontrol aliran udara dan gerakan lidah. Terapi bicara dapat memberikan teknik-teknik khusus dan latihan-latihan yang dirancang untuk membantu penderita cadel mengatasi kesulitan ini dan meningkatkan kemampuan bicara mereka.

b.Faktor psikologis

1)Kecemasan

Kecemasan dapat menjadi faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya gangguan cadel pada seseorang. Kecemasan yang berlebihan dapat mempengaruhi kemampuan seorang untuk bicara dengan lancar dan mengontrol aliran udara saat berbicara.

Ketika seseorang mengalami kecemasan yang intens, tubuh mereka merespons dengan meningkatkan tingkat stres. Ini menyebabkan ketegangan otot di sekitar mulut dan tenggorokan, termasuk otot-otot yang terlibat dalam produksi suara. Ketegangan ini dapat mengganggu aliran udara yang diperlukan untuk menghasilkan bunyi-bunyi bicara dengan jelas dan lancar.

Selain itu, kecemasan juga dapat memengaruhi konsentrasi dan fokus seseorang. Ketika seseorang cemas, pikiran mereka mungkin terisi dengan kekhawatiran dan ketakutan, sehingga sulit untuk memusatkan perhatian pada tugas bicara yang kompleks seperti mengontrol aliran udara dan mengatur gerakan lidah dengan tepat.

Penting untuk diingat bahwa setiap individu dengan gangguan cadel memiliki pengalam yang unik, dan faktor-faktor yang memicu cadel yang bervariasi. Kecemasan merupakan salah satu faktor yang berkontribusi, tetapi tidak selalu menjadi penyebab utama. Terapi bicara dan dukungan yang tepat dapat membantu individu dengan cadel mengatasi tantangan yang terkait dengan kecemasan dan meningkatkan keterampilan bicara mereka.

2)Kurangnya motivasi untuk melatih pelafalan

Kurangnya motivasi untuk melatih pelafalan fonem /r/ dapat menjadi faktor yang berkontribusi terhadap perkembangan atau memperburuk gangguan cadel pada seseorang. Motivasi yang rendah dapat memengaruhi kemauan seseorang untuk berlatih dan mengembangkan keterampilan bicara yang diperlukan.

Pelafalan fonem /r/ sering kali merupakan tantangan bagi banyak orang , terutama bagi mereka yang mengalami cadel. Menguasai pelafalan yang benar membutuhkan latihan yang konsisten dan kesabaran. Namun, jika seseorang tidak memiliki motivasi yang kuat untuk melatih dan memperbaiki pelafalan fonem /r/, mereka mungkin tidak akan melakukannya dengan konsisten atau mungkin menghindari latihan berbicara.

Selain itu, kurangnya motivasi juga dapat dipengaruhi oleh faktor psikologis, seperti rasa putus asa atau kurangnya keyakinan diri. Jika seseorang merasa bahwa mereka tidak akan bisa melafalkan fonem /r/ dengan baik, mereka mungkin kehilangan motivasi untuk berusa lebih keras.

Penting untuk mencari dukungan dan motivasi dari lingkungan sekitar, termasuk keluarga, teman atau terapi bicara. Mereka dapat memberikan dorongan dan dukungan yang diperlukan untuk melatih dan mengembangkan pelafalan fonem /r/ dengan lebih baik. terapi bicara juga dapat membantu dalam memotivasi dan memberikan strategi yang efektif untuk mengatasi cadel dan meningkatkan keterampilan bicara.

Selain faktor-faktor diatas ada faktor lain yang dapat menjadikan seseorang mengalami gangguan cadel yaitu:

a.Faktor keluarga

Faktor keluarga yang menyebabkan seseorang tidak bisa melafalkan fonem /r/ merujuk pada pengaruh lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi perkembangan kemampuan berbicara seseorang dalam melafalkan fonem /r/ dengan benar. ketika anggota keluarga lain mengalami kesulitan yang sama bisa saja hal ini dapat menjadi faktor keluarga lain sulit dalam mengucapkannya. Namun lain halnya di daerah tanah melayu dialek juga dapat mempengaruhi seseorang dalam pengucapan fonem /r/ karena pada dasarnya penutur melayu jarang menggunakan fonem /r/.

b.Faktor lingkungan

Di lingkungan bermain juga dapat memengaruhi pelafalan fonem seseorang. Faktor lingkungan yang dapat menyebabkan lambatnya perkembangan seseorang dalam pengucapan fonem /r/ karena bahasa yang digunakan di sekitar yang berbeda turut menjadi penyebab susahnya dalam pengucapan fonem /r/.

c.Faktor teman bermain

Dari hasil analisis secara langsung teman bermain merupakan faktor yang memengaruhi dalam proses pemerolehan bahasa. Gangguan artikulasi ini menghambat seorang melafalkan fonem /r/ karena teman sebaya ada yang mengalami susah dalam melafalkan fonem /r/.

Berdasarkan faktor-faktor diatas tentunya akan memiliki dampak yang dapat dirasakan oleh penderita gangguan cadel. Jika seseorang tidak bisa mengucapkan fonem /r/ dengan benar, hal ini dapat terjadi beberapa dampak, terutama dalam hal komunikasi dan pengucapan kata-kata dalam bahasa yang menggunakan fonem /r/. Beberapa dampak yang mungkin terjadi yaitu:

a.Kesulitan dalam komunikasi

Kemampuan untuk melafalkan fonem /r/ dengan benar adalah bagian penting dalam komunikasi verbal. Ketika seseorang tidak bisa mengucapkan fonem /r/, mereka mungkin mengalami kesulitan dalam memahami dan membuat diri mereka dipahami oleh orang lain. Ini dapat menyebabkan hambatan dalam berkomunikasi efektif dan dapat mempengaruhi interaksi sosial.

b.Gangguan dalam pengucapan kata-kata

Ketidakmampuan dalam pengucapan fonem /r/ dengan benar dapat mengganggu pengucapan kata-kata yang mengandung fonem /r/. Ini dapat menyebabkan kata-kata terdengar tidak jelas atau salah dimengerti oleh pendengar. Individu mungkin perlu mengganti atau menghindari kata-kata yang mengandung fonem /r/ dalam percakapan mereka.

c.Rendahnya percaya diri dalam berbicara

Kesulitan dalam mengucapkan fonem /r/ dengan benar dapat mempengaruhi rasa percaya diri seseorang dalam berbicara. Individu mungkin merasa malu atau tidak nyaman ketika mereka menyadari kesulitan mereka dalam melafalkan suara tersebut. Hal ini dapat mempengaruhi partisipasi mereka dalam percakapan dan aktivitas sosial. Gangguan dalam pekerjaan atau pendidikan l. Dalam beberapa kasus, ketidakmampuan untuk melafalkan fonem /r/ dengan benar dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam pekerjaan dan pendidikan tertentu. Misalnya, jika  pekerjaan atau pendidikan membutuhkan kemampuan berbicara yang baik, kesulitan dalam mengucapkan fonem /r/ dapat menjadi hambatan.

Penting untuk diingat bahwa dampak yang disebabkan oleh gangguan cadel terhadap penderita cadel bukanlah kekurangan yang harus dijauhi namun harus dibimbing. Individu yang mengalami kesulitan dalam pengucapan fonem /r/ ini perlu mencari bantuan dari profesional seperti ahli terapi wicara untuk membantu meningkatkan kemampuan bicara mereka.

Kesimpulan

Artikel ini membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pelafalan fonem /r/ pada penderita cadel dan dampak yang ditimbulkannya. Dalam analisis faktor, ditemukan bahwa beberapa faktor mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melafalkan fonem /r/, termasuk kesulitan dalam mengontrol aliran udara, kecemasan, kurangnya motivasi untuk melatih pelafalan yang benar.

Gangguan fonologis, seperti cadel dapat memperburuk kesulitan pelafalan fonem /r/. Penderita cadel mungkin mengalami kesulitan dalam mengontrol aliran udara yang diperlukan untuk melafalkan fonem /r/ dengan jelas dan lancar. Selain itu, kecemasan yang berlebihan juga dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghasilkan bunyi-bunyi bicara dengan baik.

Kurangnya motivasi untuk melatih pelafalan fonem /r/ juga dapat menjadi faktor yang menghambat perkembangan keterampilan bicara pada penderita cadel. Motivasi yang rendah dapat menghalangi seseorang untuk berlatih secara konsisten dan mengembangkan pelafalan yang benar.

Dalam artikel ini, pentingnya dukungan sosial dan terapi bicara dalam mengatasi gangguan fonologis dan meningkatkan pelafalan fonem /r/ juga ditekankan. Dukungan dari keluarga, teman, dan terapi bicara dapat memberikan dorongan dan motivasi yang diperlukan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan bicara dengan lebih baik.

Secara keseluruhan, pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pelafalan fonem /r/ pada penderita cadel dan dampaknya dapat membantu dalam merancang pendekatan terapi yang efektif. Dengan dukungan yang tepat dan latihan yang konsisten, penderita cadel dapat meningkatkan kemampuan bicara mereka dan mengatasi kesulitan dalam melafalkan fonem /r/.

Daftar rujukan

Chaer, A. (2009), Fonologi Bahasa Indonesia, Rineka Cipta

Purba, H. S. R. (2018) Pemerolehan Fonologi Anak Usia 6 Tahun Dengan Riwayat Kejang Demam (Studi kualitatif pemerolehan fonologi pada Nazwa)

Sugiyono. (2017). Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Andriyana. (2020). Analisis Gangguan Fonologi Dan Variasi Pelafalan Fonem /R/ Pada Penderita Cadel. FKIP Universitas Kuningan

Nyanyu, l. N. (2020). Kontribusi Gangguan Berbahasa Fonem /R/ Dalam Pembelajaran Pemerolehan Bahasa. Universitas Tridinati

Yogi, d. (2015). Gangguan Fonologis Penderita Ankyloglossia Penutur Bahasa Melayu Riau, Universitas Andalas Padang

Muslich, Masnur. (2008). Fonologi Bahasa Indonesia: Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi Bahasa Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara

Amril, Ermanto, (2007). Fonologi Bahasa Indonesia. Padang: UNP Press

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun