Terakhir, rekaman audio yaitu peneliti melakukan rekaman audio saat penderita cadel melafalkan fonem /r/. Rekaman ini dilakukan dalam lingkungan yang terkontrol, yaitu dalam ruangan yang tenang, sehingga peneliti dapat mendengarkan kembali pelafalan fonem /r/ penderita dengan teliti. Rekaman ini dapat memberikan data yang objektif tentang kesulitan yang dialami oleh penderita cadel dalam melafalkan fonem /r/.
Pengumpulan data melalui metode observasi, wawancara, dan rekaman audio ini telah memberikan informasi yang komprehensif tentang gangguan fenologi pada pelafalan fonem /r/ pada penderita cadel. Selanjutnya, data digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan fonologis dan dampaknya pada penderita cadel.
Hasil dan pembahasan
Sebagai makhluk sosial, manusia sangat dituntut dalam menguasai bahasa untuk keberlangsungan hidupnya. Bahasa sebagai salah satu sarana komunikasi sangat penting nilainya bagi manusia untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia lainnya. Manusia dituntut untuk menguasai kemampuan berbahasa agar memudahkan bersosialisasi sesama manusia. Sangat diperlukan bahasa yang sesuai agar mudah untuk interaksi sosial, maka diharuskan untuk setiap individu dapat mengucapkan fonem yang sesuai agar terjadi interaksi timbal balik.
Fonem adalah satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan kontras makna. Fonem berfungsi untuk membedakan makna kata. Pelafalan fonem yang tidak tepat sering kali tidak tepat digunakan oleh penutur. Dengan adanya gangguan pelafalan tersebut maka para lawan tuturnya menjadi kesulitan dalam menganalisis makna yang dimaksud penutur.
Dari penelitian yang dilakukan ditemukan hasil wawancara terbuka dari dua narasumber. Berkaitan dengan penyebab pertanyaan pertama apakah mereka mengetahui faktor dan penyebab cadel. Narasumber RA mengetahui penyebab kecadelan yang dialaminya karna pernah mengalami gejala stroke sehingga menyebabkan lidahnya kaku dan usah untuk melafalkan fonem /r/. Namun, narasumber SY tidak mengetahui penyebab dan faktor dia mengalami gangguan cadel. RA lebih jelas menjawab pertanyaan ini dengan jelas jika lidahnya tidak sampai ke langit-langit (velar). SY menjelaskan kondisi lidahnya yang memang pendek, tapi pengucapan /r/ sampai ke langit-langit hanya saja tidak bisa bergetar dan susah, namun lebih jelas dari SY walaupun area velar hanya dalam kondisi tertentu dan itu pun ujungnya saja dengan sedikit dipaksa.
Pertanyaan kedua berkaitan dengan percobaan atau cara yang dilakukan untuk menyembuhkan. Hal tersebut dijawab le SY yaitu
“saya sudah mengikuti terapi sejak 3 tahun terakhir yang disarankan oleh teman-teman saya, yaitu terapi senam lidah dengan mengucapkan /r/ secara berulang kali seperti ular melingkar-lingkar di pagar pak umar namun tetap saja tidak bisa dan tidak mengubah cadel saya, saya pikir cadel ini tidak akan bisa diubah”
Pertanyaan kedua dijawab oleh RA bahwa dia pernah lidahnya ditarik setelah pengobatan strokenya tapi malah dia merasakan sakit. Ternyata dengan cara tarik lidah tetap tidak bisa mengobati gangguan cadelnya.
Selanjutnya pada pertanyaan ketiga yaitu tentang dampak cadel dalam kehidupan sehari-hari. RA dan SY menjelaskan dampak yang dirasakan berdasarkan penggalan mereka bahwa sering orang mengejek mereka karna kurang dimengerti, dan jika mereka berbicara sering kali diperhatikan hanya untuk membenarkan fonem /r yang mereka sebutkan.
Pertanyaan keempat adalah apakah mereka pernah secara spontan berhasil mengucapkan fonem /r/. Merekam menjawab pernah tapi sangat jarang dan sangat sulit itu terjadi. Jawaban itu mereka rasakan saat melakukan senam lidah.