Pengucapan fonem merupakan kemampuan seseorang untuk melafalkan suara-suara tertentu yang merupakan unit bunyi terkecil dalam bahasa. Fonem berperan penting untuk membentuk kata dalam bahasa. Setiap bahasa harus diucapkan dengan fonem yang tepat agar dapat dicerna maknanya.
Pengucapan fonem melibatkan penggunaan organ-organ bicara yaitu lidah, gigi, bibir dan aliran udara. Setiap fonem memiliki karakteristik unik dalam produksi suara, termasuk posisi lidah, aliran udara, dan pengaturan bibir. Pengucapan fonem /r/ misalnya dalam pengucapannya lidah diletakan di belakang gigi depan dan udara ditiup melalui celah diantara lidah dan gigi, sehingga menghasilkan suara /r/ yang khas.
Seorang penderita cadel akan kesusahan dalam pengucapan fonem /r/ karena gangguan fonologi. Hal ini dapat memengaruhi kemampuan seseorang dalam melafalkan fonem /r/ dengan benar. gangguan ini disebabkan oleh berbagai faktor yaitu faktor fisik seperti anatomi mulut yang tidak memadai dan faktor psikologis seperti kecemasan serta kurangnya motivasi.
Menurut dr. Lily Sidiarto dalam Arsal (2012) cadel adalah suatu bentuk disarti yaitu sebutan untuk gangguan artikulasi (pengucapan kata) yang disebabkan oleh gangguan fungi dari organ artikulasi. Cadel dapat disebabkan oleh gangguan struktur antara lain karena ukuran lidahnya relatif pendek atau kelainan pada otot yang terdapat di bawah lidah. Adanya kelainan kedua otot tadi bisa menyebabkan gerakan lidah menjadi kurang baik.
Dalam kasus lain masyarakat melayu jarang menggunakan fonem /r/ disebabkan oleh tongue-tie dimana frenulum lingange yang berada di bawah bagian lidah tidak mampu bekerja dengan baik, seperti kerja anak lidah non-ankyloglossia. Hal ini yang menyebabkan banyak kata yang diucapkan oleh penutur melayu yang harusnya menggunakan fonem /r/ diganti dengan  fonem /gh/. Seperti contohnya yaitu marah diucapkan dengan kata maghah.
Fonem /r/ merupakan konsonan yang bisa menduduki posisi yaitu awal, tengah, dan akhir. Contohnya raja, urat, dan lebar (Chaer, 2009 hlm 91). Dilihat dari proses fonologinya konsonan juga memiliki gugus konsonan (kluster) yang merupakan konsonan rangkap. Khusus untuk fonem /r/ gugus konsonannya adalah /br/, /dr/, /fr/, /pr/,/skr/, dan /tr/. Semua gugus konsonan ini posisinya dalam kata dapat berada di awal, di tengah, namun tidak bisa di akhir. Gugus konsonan yang berada di awal yaitu /gr/, /kr/, dan /sr/. Penggunaan fonem /r/ sangat berpengaruh dalam pengucapan dan tingkat pemahaman seseorang terhadap kalimat yang diucapkan.
Peneliti disini akan membahas serta mendeskripsikan faktor yang menyebabkan terjadinya gangguan fonologi yang disebut cadel ini, serta dampak apa yang akan disebabkan oleh penderita cadel dalam bertutur sehari-hari. Peneliti juga melihat seberapa tingkat pemahamannya seseorang jika berbicara dengan seorang penutur dengan gangguan fonologis.
Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertuli atau lisan dari orang bertutur yang diamati. Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pertama, observasi yaitu peneliti mengamati secara langsung penderita cadel saat mereka mencoba melafalkan fonem /r/. Observasi ini dilakukan dengan melakukan percakapan sehari-hari dengan penderita cadel. Sehingga memperoleh pemahaman yang baik tentang kesulitan yang dialami oleh penderita cadel dalam melafalkan fonem /r/ dan faktor yang telah memengaruhinya.
Kedua, wawancara yaitu peneliti melakukan wawancara dengan penderita cadel untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang pengalaman mereka dalam melafalkan fonem /r/. Wawancara ini dilakukan dengan memberikan pertanyaan tentang sejak kapan mereka mengalami kesulitan, situasi apa yang membuat kesulitan terebut semakin terasa, dan upaya apa yang telah dilakukan untuk mengatai masalah tersebut. Wawancara ini dilakukan  untuk memperoleh perspektif penderita cadel tentang gangguan fonologi yang mereka alami.