Rogers menggambarkan kualitas belajar eksperiental dalam mengembangkan individu yang berfungsi secara penuh, sebagai berikut:
a. Keterlibatan personal, yakni aspek-aspek kognitif dan afektif individu harus terlibat di dalam peristiwa belajar.
b. Prakarsa diri, yakni menemukan kebutuhan yang berasal dari dalam diri.
c. Pervasif, yakni belajar memiliki dampak terhadap perilaku, sikap, atau kepribadian diri.
d. Evaluasi diri, yakni individu dapat mengevaluasi diri jika pengalamannya memenuhi kebutuhannya.
e. Esensi adalah makna, yakni apabila terjadi belajar eksperiental, maknanya menjadi terpadu dengan pengalamannya secara total.Rogers memperkenalkan pandangannya tentang penggunaan proses kelompok untuk memperlancar kematangan emosi dan psikologis. Kelompok, yakni kelompok pelatihan (Training Group) dan kelompok kepekaan telah mencapai popularitas pada akhir tahun 1960an.
Rogers menyatakan bahwa perubahan perilaku yang terjadi di dalam kelompok tidak harus berlangsung lama. Individu mungkin terlibat secara mendalam di dalam mengungkapkan dirinya sendiri dan kemudian meninggalkan berbagai masalah yang tidak terselesaikan. Tekanan martal munkin muncul dan komplikasi mungkin berkembang berkenaan dengan hubungan antar anggota kelompok. Di samping adanya kelemahan itu, proses kelompok merupakan kekuatan untuk memanusiakan kembali hubungan manusia dan membantu menghidupkan secara penuh di sini dan sekarang (here and now).
E. Prinsip-Prinsip Belajar
Ada beberapa asumsi yang mendasari pendekatan humanistik dalam pendidikan. Pertama, peserta didik mempelajari apa yang mereka butuhkan dan ingin diketahui. Kedua, belajar tentang cara-cara belajar adalah lebih penting dibandingkan dengan memperoleh pengetahuan aktual. Ketga, evaluasi yang dilakukan oleh peserta didik sendiri adalah sangat bermanfaat dari pekerjaannya. Keempat, perasaan adalah sama pentingnya dengan fakta, dan belajar belajar merasakan adalah sama pentingnya dengan belajar cara-cara berpikir. Kelima, belajar akan terjadi apabila peserta didik tidak merasakan adanya ancaman.
1. Swa Arah (Self Direction)Prinsip swa arah menyatakan bahwa sekollah hendaknya memberikan kepada peserta didik untuk memutuskan bahan belajar yang ingin dipelajari. Bahan belajar yang ingin dipelajari peserta didik adalah yang memenuhi kebutuan, keinginan, hasrat ingin tahu, dan fantasinya. Prinsip ini lebih menekankan pada motivasi intrinsik, dorongan dari dari dalam untuk bereksplorasi, dan hasrat hasrat ingin tahu yang timbul dari dalam diri.
Tugas fasilitator di dalam mengarahkan peserta didik menjadi pembelajar swa arah adalah sebaai berikut :