Mohon tunggu...
Nurul Aulia
Nurul Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Belajar Humanistik

27 Desember 2022   09:46 Diperbarui: 27 Desember 2022   09:49 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tujuan utama pendidik adalah membantu siswa mengembangkan dirinya, yaitu membantu individu untuk mengenal dirinya sendiri sebagai manusia secara utuh dan membantu mengembangkan potensi dan keterampilan mereka.

Para ahli humanistik melihat adanya dua bagian pada proses belajar yaitu proses memperoleh informasi baru dan internalisasi informasi ini pada individu. Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. 

Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Pengertian humanistik yang beragam membuat batasan-batasan aplikasinya dalam dunia pendidikan mengundang berbagai macam arti pula.

B. Akar Gerakan Humanistik

Teori belajar dan pendidikan humanistik diawali oleh munculnya gerakan mahapeserta didik Gerakan yang disampaikan itu merupakan resppon atas ketidakpuasan atas kompetisi, tekanan, kehidupan yang selalu diawasi, dan ketidaksesuaian apa yang pelajari dengan apa yang mereka amati ketika belajar di sekolah. Gerakan itu dipelopori oleh Neill, John Holt, Jonathan Kozol, dan Paul Goodman. Dalam pendidikan humanistik, fokus utamanya adalah hasil pendidikan yang bersifat afektif, belajar tentang cara-cara belajar (learning how to learn), dan meningkatkan kreativitas dan semua potensi peserta didik. Praktik pendidikan humanistik berkembang di Amerika Serikat 60an dan mencapai puncaknya pada tahun 1990an dengan munculnya tokoh-tokoh psikologi seperti Abraham Maslow dan Carls Rogers.

Hasil belajar dalam pandangan humanistik adalah kemampuan peserta didik mengambil tanggung jawab dalam menentukan apa yang dipelajari dan menjadi individu yang mampu mengarahkan diri sendiri (self directing) dan mandiri (independent). Di samping itu pendekatan humanistik memandang pentingnya penekanan pendidikan di bidang kreativitas, minat terhadap seni, dan hasrat ingin tahu. Oleh karena itu pendekatan humanistik kurang menekankan pada kurikulum standar, perencanaan pembelajaran, ujian, sertifikasi pendidik, dan kewajiban hadir di sekolah.

Dalam praktik pembelajaran, pendekatan humanistik mengkombinasikan metode pembelajaran indivdual dan kelompok kecil. Namun pendekatan humanistik mempersyaratkkan perubahan status pendidik dari individu yang lebih mengatahui dan terampil segala sesuatu menjadi individu yang memiliki status kesetaraan dengan peserta didik. Pilihan materi pembelajaran yang hendak digunakan dalam proses pembelajaran merupakan hak peserta didik bukan pendidik.

 Pembelajaran merupakan wahana bagi peserta didik untuk melakukan aktualisasi diri, sehingga pendidik harus membangun kecenderungan tersebut dan mengorganisir kelas agar peserta didik melakukan kontak dengan peristiwa-peristiwa yang bermakna.Pendekatan humanistik selalu memelihara kebebasan peserta didik untuk tumbuh dan melindungi peserta didik dari tekanan keluarga dan masyarakat. Demikian juga hasil belajar yanag berkaitan dengan perkembangan sosial emosional lebih penting dibandingkan dengan hasil pendidikan yang bersifat akademik.Rogers dan Daymond (Gage dan Berliner, 1994) menyatakan bahwa prosedur terapeutik yang menghasilkan seseorang yang mampu memandang diri sendiri secara berbeda, yakni menerima diri sendiri, perasaannya sendiri, dan orang lain secara penuh. Pendidik yang berhasil menciptakan suasana pendidikan seperti itu akan mampu mendorong peserta didik untuk menampilkan perilaku yang memiliki karakteristik tersebut. Namun demikian hasil belajar dalam pendekatan humanisik itu sukar dispesifikasi dalam bentuk perilaku dan sukar diukur, sebab pendekatan humanistik kurang menekankan pengetahuan dan ketrampilan, sebaliknya lebih menekankan pada hasil belajar yang lebih bersifat personal.

C. Pandangan Abraham Maslow

Abraham Maslow adalah tokoh gerakan psikologi humanistik di Amerika. Walaupun ia memperoleh pendidikan di kalangan behavioristik, Maslow mampu mengembangkan pandangan yang komprehensif tentang perilaku manusia. Kontribusi yang diberikan Maslow adalah motivasi, aktualisasi diri, dan pengalaman puncak yang memiliki dampak terhadap kegiatan belajar.

Maslow menyampaikan teori motivasi manusia berdasarkan pada hierarkhi kebutuhan. Kebutuhan pada tingkat paling rendah adalah kebutuhan fisik (physiological needs), seperti rasa lapar dan haus, dan harus dipenuhi sebelum individu dapat memenuhi kebutuhan akan rasa aman (safety needs). Kebutuhan yang ketiga adalah kebutuhan menjadi milik dan dicintai (sense of belongingness and love), kemudian kebutuhan penghargaan (esteem needs), yakni merasa bermanfaat dan hidupnya berharga, dan akhirnya kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs). Kebutuhan aktualisasi diri itu termanifestasikan di dalam keinginan untuk memenuhi sendiri (self fulfillment), untuk menjadi diri sendiri sesuai dengan potensi yang dimiliki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun