Aku terharu. Ternyata manis wajahnya manis juga budi dan empatinya.
Semoga Allah memberkahi hidupmu, Sahabat...
Terima kasih banyak, Mbak...
Namun demi 'izzah atau harga diri, aku ketikkan balasan,"Tidak usah. Bantu doa saja ya."
Namun ia memang sahabat sejati. Ia terus mendesak beberapa banyak uang yang aku butuh untuk bertahan hidup atau survive dan syukur-syukur merehab rumah yang centang perenang. Karena terus terang saat itu dari dua kartu ATM yang kupunya, hanya tersisa satu. Yang satu lalai terangkut, tergelontor air bah.
Demikianlah berbagai simpati berdatangan mulai dari sms keprihatinan hingga bantuan keuangan.
Seorang bapak budiman, semoga Allah memberkahinya!, yang aku kenal dari sebuah milis di internet menyedekahkan Rp2,5 juta untukku.
Tak ketinggalan beberapa orang sahabat yang awalnya hanya kukenal di dunia maya.
Benar kata pepatah bahasa Inggris,"A friend indeed is a friend in need."
Karena ada beberapa orang yang tadinya aku anggap sahabat di sebuah organisasi sama sekali tak punya perhatian hatta sekadar kirim sms keprihatinan pun tidak.
Padahal teramat sering mereka meminta bantuanku untuk hal apa saja. Meski mungkin itu pertanda aku harus lebih banyak belajar ikhlas.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!