Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kisah Nyata Korban Banjir Jakarta

27 Februari 2021   10:00 Diperbarui: 27 Februari 2021   10:18 988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di saat bencana, orang memang cenderung lebih peka. Peka akan luka dan juga peka akan sang pencipta-Nya.

Nikmat adalah nikmat tatkala tiada

Selama kurang lebih lima hari pasca-banjir tanpa listrik, membaca Al-Qur'an di bawah cahaya lilin jauh sangat nikmat dibandingkan benderang lampu neon yang biasanya.

Mandi seadanya dengan hanya dua ember air yang didapat dengan berebut antre dengan puluhan orang lain rasanya sangat mewah karena dua hari belum tak tersentuh air bersih.

Memang benar bahwa nikmat adalah nikmat tatkala tiada. Saat di genggaman ia hanyalah kewajaran yang lazim ada. Saking lazimnya kita menganggapnya sudah semestinya. Bahkan kita sia-siakan.

Dalam banjir kutemukan Tuhan dengan segenap kekuasaan-Nya.

Yang mampu membuat seorang anak rela meninggalkan orang tuanya yang teronggok di tempat tidur. Untunglah sang ayah renta diselamatkan orang lain.

Yang mampu membuat seorang ibu karena takutnya digulung air terlupa akan bayinya yang tercebur ketika hendak melompat ke perahu karet. Untung saja sang bayi mungil terselamatkan oleh kesigapan tim SAR.

Kun fayakun. Jika Allah berkehendak jadi maka terjadilah. Manusia hanya dapat memperkirakan penyebabnya ketika telah terjadi.

Allah selalu punya alasan untuk segala kejadian. Terlepas dari apa pun logika manusia yang coba menalarnya atau seribut apa pun orang-orang saling bertarung dan menuding melimpahkan kesalahan dan mencari kambing hitam atas kejadian tersebut.

Jakarta, jelang Ramadhan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun