Ah, rasanya saya cukup paham deritamu, Kawan, bisik saya dalam hati ketika sang kawan menceritakannya kepada saya di sepotong Ahad pagi belasan tahun silam.
Selepas curhat itu, ia sudah tampak lebih ikhlas. Meskipun kecewa tentu saja masih tergurat di wajah manisnya yang biasanya selalu ceria.
Pada akhirnya sang kawan dan saya, murid kehidupan yang bebal ini, mengalami perjalanan waktu yang menyembuhkan. Time is healing.Â
Barangkali kondisi kami saat itu sebagaimana dalam puisi Sehabis Sakit (Joko Pinurbo, 2006),"tubuhku kenangan yang sedang menyembuhkan lukanya sendiri."
Waktu berjalan, segenap cerita hidup telah lewat, dan kita harus move on, beranjak dan berjalan terus. Karena di situlah esensi makna pemelajaran dari kegagalan yang merupakan guru kehidupan.
Jakarta, jelang Ramadhan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H