Fanatikus KBBI?
Beberapa kawan “menuding” saya sebagai fanatikus KBBI, dalam istilah lain “pedantis” atau “polisi bahasa”, ketika dalam beberapa kesempatan, baik dalam obrolan grup maupun dalam diskusi tatap muka, saya mencoba mengingatkan mereka tentang kesalahkaprahan kata atau istilah yang mereka gunakan.
Biasanya saya cukup tersenyum saja. Kadang itu cara terbaik untuk mengatasi kemangkelan atau menjaga harmoni suatu hubungan. Apalagi jika Anda bisa tersenyum semanis mungkin.
Fanatik? Andai saja mereka tahu makna “fanatik” yang sebenarnya.
Dalam KBBI, “fanatik” didefinisikan sebagai “teramat kuat kepercayaan (keyakinan) terhadap ajaran (politik, agama dan sebagainya)”.
Sementara saya sendiri tidak selalu tunduk pada aturan penggunaan kata yang ditetapkan oleh KBBI. Saya cenderung bersikap selektif dan pilah-pilih, menyesuaikan dengan audiens atau lawan bicara atau juga dengan faktor prinsip atau keyakinan saya.
Contohnya, saya lebih cenderung tetap menggunakan “sholat” alih-alih “salat” sebagaimana yang dibakukan oleh KBBI.
Alasannya?
Secara pribadi bagi saya yang Muslim, kata “sholat” sudah merupakan transliterasi terbaik dari padanan kata “ash-sholaat” dalam bahasa Arab untuk pengertian ibadah rutin lima waktu bagi kalangan Muslim atau penganut agama Islam.
Selain itu, juga untuk membedakan kesamaan pelafalan dengan “salad” dari serapan bahasa Inggris yang merupakan jenis menu makanan berupa gabungan sayur-sayuran.
Dalam hal ini, rasa dan ekspresi keimanan tentu turut bermain. Dan dalam konteks tertentu, inilah aspek yang kadang luput diperhatikan oleh Pusat Bahasa dan para penyusun KBBI yang sampai saat ini sudah menerbitkan lima edisi KBBI.