Ucapan Bintang benar-benar mengganggu Cita. Rasa gengsi untuk bertanya terlebih dahulu pada sang kakak begitu mendominasi. Ia sungguh penasaran, tetapi hatinya seakan-akan menolak karena takut apa yang diutarakan Catur tidak sesuai harapan.
"Coba saja dulu, Ta! Paling tidak, kalau Abang mau jelasin, lo dengerin baik-baik. Jangan langsung kabur kayak kemarin."
Cita berpikir keras.
Haruskah?
Sesampainya di rumah, Cita masih mempertimbangkan dengan matang saran dari Bintang, sampai ia terlelap saking lelahnya.
"Dek," ucap Catur sambil mengetuk pintu kamar Cita.
Mendengar nada ketukan tersebut, Cita tampak terkejut.
"Makan dulu, yuk!" ajak Catur.
Sepuluh menit berlalu, Cita belum juga bergegas membukakan pintu. Namun, ia teringat nasihat dari Bintang tadi pagi, untuk segera menyudahi perang dingin yang sesungguhnya tidak diinginkan.
"Ya," jawab Cita singkat.
Dengan langkah malas, Cita mengumpulkan tenaga untuk lekas beranjak dan menyusul Catur menuju ruang makan.