"Tang ... kali ini serius, deh. Rasanya, tahun 2021 waktu itu beneran kejam banget, ya, buat gue? Mama pergi. Nggak lama setelahnya, papa nyusul. Terus ... abang gue nggak tahu ke mana. Kadang, gue merasa kesepian." Cita memberi jeda sejenak. Lalu, ia menghirup oksigen sebanyak-banyaknya seakan-akan udara dalam dirinya akan habis kala teringat kejadian mengenaskan dua tahun yang lalu, ketika pandemi melanda seluruh penjuru negeri.
"Apa gue ikutan pergi juga, ya, Tang?"
Bintang terkejut dengan kata-kata di luar nalar yang diungkapkan Cita. Lelaki itu langsung berdiri tegak sambil memperingatkan Cita kalau tidak boleh berpikiran sempit.
"Lo jangan mikir macam-macam, ya! Ada gue, Ta. Ayo kita wujudkan keinginan lo yang belum tercapai. Lo tulis daftar yang ingin lo lakuin selama 30 hari ke depan dan gue harus terlibat di dalamnya. Kalau itu nggak berjalan lancar ... terserah, deh! Nggak masalah kalau lo mau ngelakuin apa aja setelahnya." Bintang berkata dengan mantap.
"Oke, nggak, Ta?" tanya Bintang.
Cita pun mengangguk.
"Judulnya yaitu 30 hari bersama Bintang."
Cita tampak berpikir, Apa keputusan ini sudah benar?
Hari-hari berlalu. Namun, Cita belum memutuskan apa pun.
"Ta, udah lo tulis apa aja yg mau lo lakuin bareng gue 30 hari ini? Mumpung gue masih libur, nih." Bintang bertanya ketika mendapati Cita sedang duduk di teras rumahnya.
Gadis yang memakai rok motif floral itu belum bersuara. Ia hanya membisu sedari tadi, bahkan sejak Bintang sampai di kediamannya tersebut.