Mohon tunggu...
Lateefa Noor
Lateefa Noor Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis amatir yang selalu haus ilmu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

30 Hari bersama Bintang

26 Agustus 2023   18:14 Diperbarui: 26 Agustus 2023   18:18 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cita merasa kalau ia harus bangkit dari masa sulit.

Kamu bisa, Ta! Cita meyakinkan diri sendiri.

Selepas Bintang pergi, Cita menatap ke sekeliling area samping rumah. Ada kerikil yang terhampar dan batu bata merah yang ditata rapi untuk pembatas. Tak banyak tanaman yang tumbuh di area ini, hanya ada beberapa rumput yang mulai tumbuh dan Cita belum sempat untuk membersihkannya.

"Kamu di mana, sih, Bang? Sudah lupa, ya, kalau masih punya adik," bisik Cita lirih.

Tak terasa, hari kedua sudah berjalan begitu saja. Namun, perasaan Cita belum ada yang berubah. Masih sama lelahnya. Masih sama sedihnya.

Sepulang dari rumah neneknya Bintang, untuk menuntaskan misi hari kedua ini, yaitu memasak bareng, Cita memang tidak langsung masuk ke dalam rumah. Ia melipir sejenak ke tempat favoritnya yang sudah lama ia abaikan.

"Mama, Papa."

Kaki Cita terasa lemas. Gadis itu tertegun sejenak tatkala matanya beradu pada jajaran bangku yang kini terkesan hampa. Dulu, bangku itu menjadi tempat menarik untuk berbagi cerita antara dirinya dan keluarganya. Namun, kini, semua tak lagi sama. Orang tuanya sudah kembali ke tempat asal mulanya. Seharusnya, masih ada abangnya yang menemani hari-harinya, tetapi kealpaan Si Abang beberapa bulan ini, seolah-olah membuat Cita berhenti berharap akan kehadiran lelaki yang terpaut usia sekitar lima tahun dengannya itu.

"Catur, nyebelin!" seru Cita sembari menyeka air matanya yang tidak sengaja jatuh.

Catur adalah nama panggilan sang kakak. Nama lengkapnya yaitu Catur Arum. Nada manja yang biasa Cita suarakan ketika bersama Catur dulu seakan-akan menghilang karena sikap abai lelaki itu.

"Dek." Satu suara yang terdengar samar itu sungguh mengejutkan lamunan Cita. Bukannya senang, Cita malah ingin menghardik sang pemanggil itu sekeras-kerasnya. Menurutnya, kedatangan sosok menyebalkan yang terbilang tiba-tiba itu mencipta secuil masalah baru bagi Cita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun