"Ini, Kak, buat tambahin," kata Reva.
Rizki tersenyum lalu mengusap kepala adiknya itu.Â
"Mana cukup, Dik?!" ujarnya.
Akhirnya kami pun termenung kembali. Tiba-tiba Rizki menjentikkan jari.
"Nah, aku ada ide. Aku beritahukan kakek dan nenek saja, barangkali saja bisa membantu," seru Rizki mengagetkanku.
"Oh iya. Kalau begitu kita ke rumah kakek dan nenek kamu aja, Riz," ajakku.
Rizki pun mengangguk gembira. Akhirnya kami bersama-sama pergi ke rumah nenek yang tidak terlalu jauh dari rumah Rizki.
Sesampai di sana, kakek menasehati.
"Ulang tahun itu cukup dirayakan dengan ucapan syukur saja. Kita berterima kasih kepada Allah lalu mengucapkan doa. Semoga diberi panjang umur, sehat, banyak rejeki dan menjadi anak yang soleh patuh kepada bapak juga ibu. Gitu saja sudah cukup kok. Tidak harus dirayakan." Begitu kata Kakek.
"Iya, kek. Tapi Reva tidak mau. Ia ingin sekali ulang tahunnya kali ini dirayakan. Kan selama ini belum pernah. Maksud Rizki ingin buat pesta yang sederhana saja." Rizki mencoba menjelaskan.
"Kalau begitu, bagaimana bila kita buat sendiri saja kuenya? Nenek bisa bikin kue bolu yang enak," usul Nenek tiba-tiba.