Reva tak menjawab apa-apa. Ia hanya menggelengkan kepalanya.
"Nanti Kakak beliin mainan, deh?" rayu Rizki.
Tapi Reva terus saja menggeleng-gelengkan kepala lalu menelusupkannya di antara kedua lutut.
Rizki memandangi adiknya dengan perasaan sedih.
"Sudahlah, Riz jangan bersedih, namanya juga anak kecil, nanti juga lama-lama akan lupa," ujarku bermaksud menghibur Rizki.
"Tapi aku tak sampai hati melihatnya murung terus menerus," keluh Rizki.
Kami pun sama-sama terdiam. Sama-sama duduk.memelyk.lutut seperti Reva.
Tiba-tiba aku mendapat ide.
"Riz, bagaimana kalau kita adakan pesta sederhana saja?" usulku.
"Maksudmu?" Rizki tampak tertarik dengan usulku.
Bagian 7