"Begini, kamu kan punya celengan, kita bisa membeli kue ulang tahun yang kecil saja, lalu undang teman-teman Reva yang rumahnya dekat-dekat tak perlu banyak-banyak," jelasku panjang lebar.
"Wah, benar juga ya usulmu, Bir. Baiklah, aku akan membuka celenganku. Kasihan kalau harus meminta pada bapak atau ibu." Rizki melempar senyum ke arahku.
Akhirnya Rizki pun memecahkan tabungannya. Selama ini ia menabung di sebuah celengan berbentuk ayam jago. Aku tahu karena sewaktu membelinya bulan lalu aku turut bersamanya.Â
Tadinya Rizki mengumpulkan uang untuk bisa membeli sepeda baru. Tapi rupanya ia lebih menyayangi adiknya sehingga memutuskan untuk membukanya demi melaksanakan pesta adik secara kecil-kecilan.
Rizki segera mengambil celengan ayam tersebut.
Braaak!Â
Celengan ayam jago yang terbuat dari tanah liat itu pun pecah. Uang yang ada berhamburan di lantai. Kami sama-sama mengumpulkan dan menghitungnya.
"Yaaah, masih kurang, uangnya hanya cukup untuk membeli kue uang tahun kecil saja, tidak bisa untuk membeli perlengkapan lainnya," seru Rizki setelah menyatukan hitungan kami.
"Masih kurang berapa, Kak?" tanya Reva dengan mata berbinar.
"Sedikit lagi, Dik." Rizki menggenggam uang itu di tangannya.
Tiba-tiba Reva mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya. Ternyata itu adalah selembar uang lima ribu rupiah.