"Bayi yang digugurkan di kamar mandi lalu jasadnya dikuburkan di halaman belakang. Ia tidak terima karena menganggap bayimu akan menjadi ancaman baginya."
Mendengar hal itu sontak Mama jatuh terduduk. Ia menangis tersedu. Terdengar kalimat istighfar dari bibirnya. Mas Ilham heran juga bingung tidak mengerti.
"Itu bayinya Atma. Dia hamil sedangkan pacarnya tidak mau bertanggung jawab. Karena takut dengan kemarahan almarhum Papa, bayi itu digugurkan. Mama yang membantu menguburkan di halaman belakang,"kata Mama  disela isak tangisnya.
Oh, pantas saja Mbak Atma seperti orang gila dan membenciku. Suara anak kecil itu mengancamku dan jabang bayiku.
Bapak meminta agar Mama memberi nama bayi itu lalu memindahkan kuburnya ke tempat yang lebih layak. Mama diminta tetap mengingatnya sebagai cucu pertamanya. Semoga dengan demikian kehamilanku lancar sampai melahirkan, bayiku selamat dan Mbak Atma akan berangsur membaik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H