Mohon tunggu...
Nurifah Hariani
Nurifah Hariani Mohon Tunggu... Guru - Guru yang suka membaca dan senang berkhayal

Guru di sebuah sekolah swata di kota Malang, sedang belajar menulis untuk mengeluarkan isi kepala, uneg-uneg juga khayalan

Selanjutnya

Tutup

Horor

Tangisan Tengah Malam

15 Januari 2025   19:02 Diperbarui: 15 Januari 2025   19:02 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Horor. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Mystic Art Design

"Tolong...!"

"Dek ! Dek ...!"

Mas Ilham merengkuhku ke dalam pelukannya. Entah kapan datangnya. Dari ekor mata dapat kulihat anak kecil yang penuh darah itu berlari melesat menuju keluar melewati pintu dapur yang terbuka menuju halaman belakang.  Tidak kulihat Mbak Atma, hanya Mama yang tampak menangis sesengukan.

**enha**

Aku harus bedrest. Janinku rentan gugur. Kejadian semalam membuat lelah jiwa dan ragaku. Segera setelah sehat aku akan pindah saja dari rumah ini. Bisa gila lama-lama aku disini.

"Sejak kapan kamu mendengar suara-suara itu?" tanya Bapak yang datang menengokku.

Kuceritakan semua yang terjadi di rumah ini.  Untungnya Bapak percaya dan mau memeriksa seluruh isi rumah.

"Apa sejak kamu hamil?" tanya Bapak lagi.

"Mungkin, Pak," jawabku ragu. Tiga tahun tinggal bersama mertua , baru kurasakan kejadian aneh akhir-akhir ini.

"Ada yang tidak suka dengan kehamilanmu," cetus Bapak mantap.

"Siapa?" Mas Ilham yang bertanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun